Mask {Part 10}

~MASK PART 10~

 

1 tahun lalu

Jeju airport…

Kyu-Hyun keluar dari pintu kedatangan, seseorang menghampirinya dan membawanya menuju sebuah mobil dan dia mengatakan akan menyetir sendiri menuju hotel.

Jarang-jarang dia bisa mengemudi dengan tenang dijalan yang sepi seperti ini. Seoul terlalu ramai dengan segala macam kesibukan ibu kota, dia tidak pernah menikmati perjalan di kota itu. Kyu-Hyun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi saat melintasi jalanan yang kosong. Disisi kanan bukit dengan banyak pohon dan disisi lainnya tebing curam yang mengarah langsung ke laut. Dia menurunkan sedikit kecepatannya, menurunkan kaca jendela dan menikmati sejuknya udara yang tak bisa dia temukan di kota besar.

Rambutnya yang tertiup angin sedikit mengganggunya namun tidak membuatnya berhenti untuk menikmati udara yang sejuk itu. Dia menumpukan satu tangannya di pintu mobil sembari berpikir seandainya dia menemukan wanita impiannya di pulau ini bukankah itu sangat menyenangkan? Ditempat yang indah bertemu wanita yang tepat. Dia menarik sudut bibirnya tipis sembari menggeleng kecil. Apa dia begitu merindukan sosok wanita hingga sampai berharap menemukan wanita yang tepat itu disini.

Terakhir kali dia berkencan itu sekitar dua tahun yang lalu dengan teman kampusnya. Sudah seharusnya dia mencari wanita yang bisa dia jadikan kekasih. Baginya tidak perlu cantik untuk memikat hatinya, tidak perlu lembut untuk menyentuh hatinya. Cukup wanita yang biasa-biasa saja namun terlalu luar biasa hingga bisa memikatnya.

Di depan sana dia melihat beberapa orang yang tengah melakukan pemotretan, pemotretan prewedding lebih tepatnya. Saat mobilnya melintas dia bisa melihat  dengan jelas wanita dengan gaun pengantinnya itu berparas timur tengah dan si pria dengan texudo putihnya berparas eropa ditemani dua orang wanita lainnya, dan salah satunya seorang photographer wanita.

Dia mengangguk kecil, setuju dengan pendapat orang-orang yang mengatakan jika jeju tempat yang tepat untuk membuat foto pernikahan. Tempat yang indah untuk mengabadikan momen indah.

Dia sering mendengar tempat-tempat indah yang ada di Jeju tapi hanya ada satu tempat yang begitu menarik untuk dia kunjungi. Tempat yang tepat untuk melihat matahari terbit. Tidak masalah meski dia sudah melewatkan kesempatan untuk bisa melihat sunrise, ketertarikan pada tempat itu masih tetap besar.

Sampai ditempat tersebut, fantasinya tentang tempat itu tidaklah salah. Ada sebuah kawan yang terbentuk akibat letusan gunung berapi. Berbeda dari kawah-kawah yang lain, lahan dibawahnya di penuhi dengan lautan canola, bunga kuning yang akan tumbuh sepanjang musim semi. Dan tujuannya untuk mendaki hingga keatas kawah. Ada begitu banyak anak tangga yang harus dilewati, seperti tantang tersendiri baginya.

Mendaki terdengar begitu berat tapi karena ini dilakukan di Jeju tempat dimana yang sangat dingin di daratan korea sekalipun musim panas maka mendaki ribuan bahkan puluhan ribuan anak tangga itu tidak akan terasa melelahkan. Sesekali dia berhenti sejenak, untuk mengambil nafas. Menyandarkan tubuhnya di penyangga tangga kayu dan menikmati keindahan alam disuguhkan. Tak jarang lalu lalang orang-orang dihadapannya menarik perhatiannya.

Kyu-Hyun tertegun memandang jauh ke depan sana. Tepat dimana hamparan canola membentang.

Flashback End~


Soo-Jin masih memandangi wajah Kyu-Hyun dalam diam. Tahu apa yang dia pikirkan saat ini? Dia dan Kyu-Hyun bukan bertemu pertama kalinya di pesta itu. Tapi di lahan kawan itulah mereka pertama kali.

Jika pertemuan pertama bisa saja disebut dengan ketidaksengajaan lalu jika pertemuan itu terjadi hingga dua kali apa masih bisa disebut dengan ketidaksengajaan? Pertemuan itu lebih tepatnya disebut takdir. Soo-Jin cukup senang karena tanpa mereka sadari takdir memang menginginkan mereka untuk bertemu.

“Apa yang kau pikirkan Han Soo-Jin?” Tegur Soo-Jin pada dirinya sendiri. “Apa yang kau harapkan huh? Saat dia tahu semua kebenaran tentangmu semuanya akan berakhir. Jangan bodoh!” Soo-Jin berdecak lalu menggeleng kuat-kuat. Membuang jauh-jauh pikirannya itu.

Hatinya ini tidak perlu dipupuk dengan sebuah harapan. Karna hanya akan ada kekecewaan pada akhirnya.

Soo-Jin membuang nafasnya yang terasa berat. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa membuat suasana hatinya membaik. Apa kira-kira yang bisa dia lakukan dirumah ini?

“Piano” Gumamnya senang. Turun dari atas meja dan menyimpan kembali kamarenya ke dalam kotak. Dia bisa bermain piano atau lebih tepatnya meminjam piano Kyu-Hyun.

Semakin dekat dengan perpustakaan mini milik Kyu-Hyun, dia memperlambat langkahnya. Sejak keluar dari kamar dia merasa seperti ada sepasang mata yang mengawasinya. Dia tahu rumah ini begitu besar hingga seolah-olah langit-langit rumah saja memiliki mata yang tersembunyi.

Soo-Jin menoleh ke belakang, tidak menemukan siapapun. Dilorong ini hanya dia seorang diri. Soo-Jin menggelengkan kepalanya, mungkin hanya perasaannya saja. Jika ada istilah tembok saja memiliki telinga maka langit-langit memiliki mata.

Soo-Jin masuk ke perpustakaan mini Kyu-Hyun. Wajahnya itu terlihat begitu senang. Soo-Jin membuka penutup piano, mencari posisi ternyaman untuk duduk.

Dia berpikir sejenak. Kira-kira lagu apa yang harus dia mainkan? Bheethoven? Chopin? Ricard? Tidak, dia sedang tidak ingin memainkan musik dari ketiganya. Dia kembali memikirkan satu nama pianis dan nama yang muncul dibenaknya Yiruma. Dia ingin memainkan salah satu lagu Yiruma. Soo-Jin kembali berpikir, Yiruma memiliki begitu banyak lagu, lalu lagu mana yang harus dia mainkan?

Dia tahu! Dia akan mulai dengan lagu yang paling terkenal dari Yiruma. Siapapun akan langsung menyukai lagu ini saat pertama kali mendengarnya. Kiss the Rain, tidak asing bukan?

Soo-Jin mengambil ancang-ancang, menempatkan jari-jarinya pada tuts-tuts piano dibait pertama.

(Disarankan untuk mendengerkan lagu Yiruma – Kiss The Rain)

Lagu ini sendiri menceritakan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dia heran kenapa musik dari musisi besar yang banyak dikenal tidak jauh-jauh dari musik patah hati. Apa karena saat patah hati suasana hati kita akan melankolis sehingga musik melankolis yang baik itu diciptakan saat hati sedang patah? Entah itu benar atau hanya kebetulan yang pasti suasana hati berperan kuat.

Soo-Jin meresapi setiap nadanya. Lagu ini seolah menyampaikan sesuatu padanya, saat kau menutup matamu kau akan melihatnya, namun saat dia mencoba menyentuhmu kau akan terbangun dan tersadar semua hanya sebatas mimpi. Mimpimu bisa dicintainya seperti kau yang mencintainya. Tapi bagaimana mungkin jika dimatanya saja tidak sedikitpun terlihat bayanganmu? Dan pada akhirnya kau sadar jika sekeras apapun kau mencoba kau tidak akan pernah mendapatkannya.

Seperti judulnya, hujan satu-satunya teman yang paling mengerti dirimu. Semua orangpun tahu itu, ia akan  menyamarkan air matamu dan kau akan terlihat kuat bersamanya.

Meski lagu ini tidak menggambarkan kisah cintanya tapi Soo-Jin merasa lagu ini mewakili perasaannya. Saat Kyu-Hyun tersenyum padanya senyum itu bukan untuknya, saat Kyu-Hyun menggenggam tangannya dengan hangat itu juga bukan untuknya. Saat Kyu-Hyun membuatnya merasa istimewa itu bukan untuknya, dan tatapan penuh cinta itu juga untuknya. Soo-Jin teramat sadar jika tidak ada yang menjadi miliknya. Tidak satupun. Dia mendapatkan apa yang tidak seharusnya dia dapatkan. Dia merasakan apa yang tidak seharusnya dia rasakan. Kesalahannya terletak pada tanpa sadar dia menikmati semua itu.

Soo-Jin menghentikan permainannya. Menarik lalu membuang nafasnya kasar. Tidak seharusnya dia menjadi seperti ini.

Han Soo-Jin kendalikan dirimu. Batinnya mengingatkan.

Soojin melihat ke luar jendela, air mengalir deras dari atas. Hujan. Diluar sedang hujan. Tanpa berpikir panjang dia bergegas turun untuk selanjutnya menuju halaman belakang. Baru saja dia memikirkan tentang hujan dan sekarang hujan benar-benar turun.

Tanpa ragu Soo-Jin berdiri di bawah derasnya hujan yang turun. Menengadahkan kepalanya merasakan air hujan berjatuhan diwajahnya. Kebas, wajahnya terasa kebas karena dinginnya air. Tapi itulah yang membuat dia menyukai hujan rasa kebasnya membuatnya tidak merasakan sakit apapun. Untuk sesaat hujan membantunya menghilangkan rasa sakitnya.

Soo-Jin berpikir jika dia harus memberitahu Kyu-Hyun kebenarannya secepat mungkin. Dia bisa memikirkan  alasan yang harus dia katakan pada orang tuanya dilain waktu. Tapi kebenaran tentang Hae-Jun tidak bisa dia simpan lebih lama lagi.

Hae-Jun akan melakukan segala cara agar semua bukti itu tidak sampai di tangan Kyu-Hyun. Sebelum Hae-Jun melangkah dia harus lebih dulu melangkah.

Hari ini, hari ini aku akan mengatakan kebenarannya pada Cho Kyu-Hyun.

Seorang pria berdiri di depan pintu, menatap gadis yang tengah berdiri di bawah hujan dengan mata terpejam itu. Kyu-Hyun menghampiri Soo-Jin dengan sebuah payung di tangannya. Beberapa menit yang lalu air masih menghujami wajahnya tapi sekarang air itu seperti tertahan, seperti ada yang menahannya. Soo-Jin membuka matanya,  dilihatnya payung kuning melindunginya. Soo-Jin menurunkan wajahnya, menemukan pria yang baru saja memenuhi pikirannya. Cho Kyu-Hyun berdiri di hadapannya dengan payung ditangannya.

“Kenapa kau berdiri disini? Dibawah hujan?”

Soo-Jin terdiam beberapa saat. “Aku suka” Jawab kemudian tanpa ada rasa ragu.

“Kau alergi pada dingin bagaimana jika kau sakit huh?”

“Untuk sekali ini saja” Soo-Jin melangkah mundur kembali berdiri di bawah Hujan. “Tidak Cho Kyu-Hyun” Cegahnya melihat Kyu-Hyun akan melangkah maju. Soo-Jin sedikit terkejut karena Kyu-Hyun benar-benar mengurungkan langkahnya. Biasanya Kyu-Hyun tidak akan mendengarkan ucapannya jika menyangkut soal dirinya, soal Sae-Jin lebih tepatnya.

Mereka saling menatap untuk waktu yang lama. Soo-Jin menyimpan pertanyaan dihatinya. Bapak mengatakan jika manusia memiliki hati yang besar. Dia ingin tahu apa itu juga berlaku untuk Kyu-Hyun.

“Bisa aku tahu sebesar apa hatimu itu?” Soo-Jin mengajukan pertanyaan yang Kyu-Hyun tidak mengerti. Soo-Jin kembali melanjutkan. “Jika seseorang melakukan begitu banyak kesalahan apa kau bisa memaafkannya?” Bukan untuknya tapi untuk Sae-Jin. Cukup Kyu-Hyun memaafkan Sae-Jin dan soal dirinya tidak masalah jika Kyu-Hyun tidak bisa memaafkannya.

“Tergantung kesalahannya” Jawab Kyu-Hyun terkesan dingin.

Ada kata yang tertahan dibibirnya. “Penghianatan?”

“Aku benci penghianatan”

“Kebohongan?”

“Meski sulit akan ku coba”

“Hatiku tidak sebesar itu Han Sae-Jin” Lanjut Kyu-Hyun. Dengan mata yang terkesan dingin.

“Aku tahu” Kata Soo-Jin tersenyum pahit.

“Kau bisa sakit. Cepatlah kemari” Kyu-Hyun mengulurkan tangannya. Soo-Jin melihat sesat ke arah tangan Kyu-Hyun dan meraihnya, masuk ke dalam payung bersama Kyu-Hyun.

**

Kyu-Hyun sibuk mengeringkan rambut Soo-Jin sementara gadis itu hanya berdiam diri duduk di depan meja riasnya.

“Aku bisa sendiri” Untuk kesekian kalianya Soo-Jin berusaha mengambil alih pekerjaan Kyu-Hyun tapi pria itu tetap menolaknya.

“Kau duduk saja biar aku yang mengeringkan rambutmu” Jawaban yang sama yang dia dengar. Soo-Jin menatap pantulan diri Kyu-Hyun dari cermin.

Tatapan Soo-Jin baru teralih saat mendengar suara pintu di ketuk. Bibi Min masuk dengan membawa troli berisikan teh hangat untuk Kyu-Hyun dan makanan serta segelas air putih beserta obat untuk Soo-Jin.

Kyu-Hyun meminta Bibi Min menata makanan yang sudah dibawa di atas meja. Bibi Min pergi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

“Makanlah lebih dulu baru minum obat” Soo-Jin melirik obat yang Kyu-Hyun maksud. Meski sebenarnya tanpa memimum obat dia juga tidak akan apa-apa. Dia bukan Sae-Jin yang akan langsung jatuh sakit karena alerginya kambuh.

“Ada yang ingin aku katakan padamu” Soo-Jin memutar tubuhnya menghadap Kyu-Hyun.

“Nanti saja” Jawab Kyu-Hyun dingin.

“Tapi ini penting”

“Kita akan bicara nanti. Sekarang kau makan dulu” Bukannya tidak tahu, dia sangat tahu jika Kyu-Hyun bersikap dingin padanya. Soo-Jin menurut tanpa ingin membantah. Dia duduk diam menghabiskan makanannya tanpa mengatakan apapun.

Soo-Jin melirik Kyu-Hyun yang sedari tadi menatap keluar jendela, membelakangi dirinya. “Ada apa? Kau seperti tengah memikirkan sesuatu” Tegur Soo-Jin.

Kyu-Hyun menoleh lalu menggeleng pelan. “Hanya perasaanmu saja”

Meski begitu Soo-Jin tetap yakin ada hal yang sedang Kyu-Hyun pikirkan dan itu sangat mengganggunya.

Selesai dengan makanannya, Kyu-Hyun memberikan obatnya. “Sekarang kau tidur dan istirahat” Soo-Jin pergi menuju ranjang, Kyu-Hyun  duduk disisi ranjang.

Soo-Jin menatap Kyu-Hyun. Apa ini waktu yang tepat untuk memberitahu kebenarannya? Kyu-Hyun terlihat lelah juga gelisah. “Ini bukan waktunya Han Soo-Jin. Tunggulah sebentar lagi.

Soo-Jin baru akan berbaring saat melihat kegelisahan dimata Kyu-Hyun dia mengurungkan niatnya. “Apa terjadi sesuatu Cho Kyu-Hyun? Kau terlihat gelisah” Soo-Jin menyentuh lengan Kyu-Hyun, kalau boleh jujur dia sedikit mencemaskan Kyu-Hyun karena tidak biasanya Kyu-Hyun terlihat begitu gelisah.

“Aku hanya terlalu lelah. Pekerjaan kantor membuatku lelah” Soo-Jin tahu Kyu-Hyun bohong, mata itu tidak bisa membohobginya mata itu bukan menunjukkan kelelahan tapi kegelisahan. Ada yang menggangu pikirannya.

“Arraseo. Kau juga harus istirahat” Soo-Jin menunjuk dengan dagunya tempat kosong disebelahnya.

“Tidurlah lebih dulu” Kyu-Hyun menyentuh pundak Soo-Jin, beranjak pergi sebelum gadis itu mengatakan keberatannya.

Ada apa dengan pria itu? Apa urusan kantor benar-benar melelahkan? Pekerjaan apa yang membuatnya begitu gelisah.

Kyu-Hyun keluar dari kamar dan tidak kembali dalam waktu dekat. Hingga Soo-Jin yang lelah menunggunya tertidur.

**

Sementara Kyu-Hyun dia datang ke ruang kerjanya. Bukan untuk urusan pekerjaan tapi dia membutuhkan waktu sendiri untuk berpikir. Kyu-Hyun menuju jendela kayu, melihat rimbunan pohon dibawah sana barulah dia melihat kota Seoul setelahnya.

Kyu-Hyun memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Mengeluarkannya dengan membawa sesuatu ditangannya. Kyu-Hyun membuka kepalan tangannya. Benda didalam plastik bening berwarna hitam karena hangus terbakar. Ada bandul dengan bertuliskan nama pemiliknya. Kyu-Hyun mengusap permukaan bandul itu, huruf timbul dibantul itu terbaca dengan jelas. Huruf itu bertuliskan Han Soo-Jin.

Kyu-Hyun membuang nafasnya kasar, berulang kali. Pertemuannya dengan Park Jung-Soo kembali berputar di benaknya.

Flashback~

Jam makan siang baru saja usai. Dia baru akan melanjutkan pekerjaannya saat tiba-tiba ponselnya berdering. Melihat nama si pemanggil membuat Kyu-Hyun bertanya-tanya pasalnya orang itu sangat jarang menghubunginya jika itu terjadi maka hal itu pasti sangat penting.

Park Jung-Soo temannya yang bekerja sebagai detektif meminta untuk bertemu. Jung-Soo memgatakan ada hal yang mungkin saja penting untuk dia tahu. Mereka bertemu di cafe dekat kantor Kyu-Hyun.

Saat dia sampai Jung-Soo sudah menunggunya dengan dua cangkir kopi yang dia pesan lebih dulu.

“Hyung ada apa?”

“Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu”  Kata Jung-Soo tanpa basa basi lebih dulu. Dari raut wajahnya sudah jelas jika sesuatu itu sangatlah penting.

“Sesuatu? Apa itu?”

Jung-Soo mengeluarkan plastik putih dari saku dalam jaketnya. Dia meletakkan benda itu di depan Kyu-Hyun.

“Apa itu?”

“Gelang kaki”

“Gelang kaki? Milik siapa? Apa hubungannya denganku?”

“Milik Soo-Jin~Ssi. Benda itu aku temukan di TKP. Aku ingin memberitahumu lebih awal tapi karena kesibukanku ditempat kerja yang baru aku jadi melupakannya”

Sejak kepindahannya di tempat kerja baru, dia melupakan soal gelang kaki itu dan baru mengingatnya saat menemukan gelang itu diantara tumpukan barang-barang yang dia bawa dari kantor lama.

“Akan aku berikan pada Sae-Jin. Biar dia yang menyimpannya” Kyu-Hyun mengambil barang itu bermaksud menyimpannya namun Jung-Soo menahan bagian lain dari plastik itu. Sejak awal  Jung-Soo merasa ada yang terasa janggal untuknya.

“Kyu-Hyun~ah kau ingat saat aku ke rumah sakit dan aku bertanya apa kalian yakin gadis yang selamat itu Sae-Jin?” Kyu-Hyun sedikit mengerutkan dahinya lalu mengangguk. “Sebenarnya ada yang membuatku ragu. Gelang ini ditemukan tersangkut di sepatu Sae-Jin, sepatu itu aku temukan di dekat pegal gas. Bagaimana bisa gelang Soo-Jin tersangkut di sepatu Sae-Jin?”

Kyu-Hyun tertawa kecil. “Hyung kau berpikir terlalu keras. Mobil mereka berguling beberapa kali. Bisa saja saat mobil terguling, gelang itu terlepas dan tersangkut di sepatu Sae-Jin”

“Aku juga sempat memikirkan hal yang sama tapi Kyu-yah aku masih saja ragu. Kalian hanya mengenali mereka dari pakaian yang mereka kenakan bukan?”

“Hyung kau ini bicara apa? Maksudmu kami salah mengenali orang?”

“Tidak bukan seperti itu”

“Apa kau ingin mengatakan Sae-Jin lah yang tidak selamat begitu?!”

“Tidak… sungguh seperti itu. Aku hanya ingin memberitahumu pendapatku saja, itu saja. Aku juga berharap keraguanku ini bisa cepat hilang”

Flashback End~

Sejak pertemuannya dengan Jung-Soo, Kyu-Hyun tidak henti-hentinya berpikir. Jujur saja keraguan Jung-Soo ikut memengaruhinya. Kyu-Hyun menepis keraguannya sendiri. Keraguan milik Jung-Soo itu tidak berdasar hanya karena gelang kaki milik Soo-Jin tersangkut di sepatu Sae-Jin bukan berarti Soo-Jin menjadi Sae-Jin dan Sae-Jin menjadi Soo-Jin.

Tidak masuk akal rasanya, lagipula untuk apa? Untuk alasan apa keduanya bertukar peran? Untuk alasan apa seseorang hidup dengan identitas orang lain? Dan adakah orang yang membiarkan dirinya dianggap tiada oleh semua orang? Hanya orang yang tidak waras yang akan melakukannya! Tidak ada alasan bagi keduanya melakukan hal itu! Dan bagaimana bisa keraguan tidak berdasar itu mempengaruhinya?

Kyu-Hyun memijat pelipisnya. Ketika keraguannya perlahan menghilang, semua keanehan yang dia rasakan terhadap Sae-Jin membuat keraguan itu kembali muncul dihatinya. Dia sering merasa jika kecelakaan itu membuat Sae-Jin bukan seperti dirinya yang biasanya, gadis itu seperti bangun dan menjadi orang lain. Ada hal yang membuatnya terlihat berbeda. Tapi bukankah seseorang bisa saja berubah setelah mengalami kejadian yang mengerikan? Sae-Jin hampir saja tiada bersama adiknya, jika dia mengalami perubahan bukankah itu hal yang wajar?

Tapi tadi, kejadian dihalaman belakang membuat keraguan yang dia miliki kembali muncul. Bagaimana gadis itu menikmati hujan yang mengguyurnya, dia berdiri di bawah hujan seakan tidak memiliki ketakutan malah terlihat begitu menikmatinya.

Sigh~

“Kenapa kau berdiri disini? Dibawah hujan?”

“Aku suka”

Sejak kapan orang yang alergi dingin suka dengan hujan? Hujan salah satu hal yang Sae-Jin hindari selama ini.

Sigh~

Bisa aku tahu sebesar apa hatimu itu?”

“Jika seseorang melakukan begitu banyak kesalahan padamu apa kau bisa memaafkannya?”

Tidak ada pertanyaan yang ditanyakan tanpa memiliki maksud. Mata itu menatapnya dengan menuntut jawaban yang sejujur-jujurnya.

“Tergantung kesalahannya”

“Penghianatan?”

“Aku benci penghianatan”

“Kebohongan?”

“Meski sulit akan ku coba”

“Hatiku tidak sebesar itu Han Sae-Jin”

“Aku tahu”

Apa maksud semua itu? Semakin coba Kyu-Hyun memahaminya semakin nyata rasa takutnya. Dia bahkan terlalu takut hanya untuk menduga-duganya.

“Tidak! Berhentilah memikirkan hal yang konyol Cho Kyu-Hyun!” Gumam Kyu-Hyun menghentikan pikirannya yang berpikir terlalu jauh.

Orang yang selamat itu Han Sae-Jin-nya. Gadis yang dia nikahi itu kekasihnya. Gadis yang menjadi istrinya itu gadis yang sama yang dia kenal  dipesta topeng itu.

Tidak ada alasan untuk keraguan Jung-Soo. Sekalipun gadis yang selamat itu Han Soo-Jin dia akan bangun sebagai Han Soo-Jin bukan Han Sae-Jin. Dan secara gamblang akan menolak menikah dengannya. Han Soo-Jin tidak memiliki alasan untuk hidup sebagai Sae-Jin, Han Soo-Jin tidak memiliki alasan untuk menikah dengan pria yang tidak dia kenal. Dan gadis yang dia nikahi itu tidak akan melakukan hal sejauh ini jika dia Han Soo-Jin. Gadis itu pastilah Sae-Jin.

Kyu-Hyun berusaha keras menepis semua keraguan yang perlahan-lahan timbul dihatinya. Dia tidak boleh seperti ini, tidak boleh ada keraguan diantara hubungannya bersama Sae-Jin. Tidak boleh!

Kyu-Hyun keluar dari ruang kerjanya, menuju kamarnya yang letaknya tak jauh. Diatas ranjang  gadis itu sudah tertidur lelap, Kyu-Hyun duduk disisi ranjang, diam-diam memandangi wajah itu. Ketika tangannya ingin menyentuh kepala Soo-Jin gerakannya terhenti, keraguan itu kembali muncul dihatinya. Kyu-Hyun menarik tangannya yang menggantung di udara, berganti mengepal marah pada dirinya sendiri karena lagi-lagi keraguan itu memengaruhinya.


Pagi harinya Soo-Jin bangun sedikit lebih siang, entah karena pengaruh obat yang dia minum atau memang tidurnya yang kurang beberapa hari terakhir membuat dia tidur seperti orang pingsan.

Soo-Jin menemukan tempat tidur disebelahnya kosong. Dia bangun dari tidurnya, bersandar di kepala ranjang, melihat ke arah kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat. Itu berarti Kyu-Hyun tidak ada di kamar mandi. Apa pria itu sudah pergi ke kantor? Tidak biasanya Kyu-Hyun pergi tanpa menunggunya.

Ekor matanya kembali melirik ke samping tempat tidur yang kosong. Soo-Jin menangkap sesuatu aneh, yang gajil menurutnya. Bagian tempat tidur Kyu-Hyun yang biasanya berantakan hari ini terlihat sangat rapih seperti tidak ditempati semalaman. Apa semalam Kyu-Hyun tidak tidur disini? Soo-Jin membuka selimutnya, dia melihat ke ruang pakaian yang kosong lalu keluar menuju ruang kerja Kyu-Hyun.

Disana dia juga tidak menemukan Kyu-Hyun. Pandangannya tertuju pada sofa panjang diruangan itu. Bantal sofa yang biasanya rapih kini terlihat berantakan. Apa semalam Kyu-Hyun tidur di sofa? Tapi kenapa? Ada apa dengan Cho Kyu-Hyun? Kenapa sikapnya itu sangat aneh?

Pertanyaan demi pertanyaan silih bergantin muncul dibenaknya. Soo-Jin pergi ke bawah, menuju dapur tempat dimana dia bisa menemukan Bibi Min. “Bibi Min” Panggil Soo-Jin. Bibi Min berpaling dari pekerjaannya.

“Kyu-Hyun apa dia sudah berangkat ke kantor?”

“Tuan Muda pergi pagi-pagi sekali”

Pagi-pagi sekali itu kata yang tidak biasa. “Jam berapa?”

“Jam 7”

“Nona kau butuh sesuatu?”

“Eoh? Tidak”

“Sebelum pergi Tuan memintaku untuk memastikan kau makan sarapanmu. Apa kau ingin makan?”

“Nanti saja. Aku akan makan setelah aku mandi”

“Ne”

Soo-Jin kembali kekamarnya dengan perasaan yang kecewa. Aneh sekali bukan? mungkin karena dia terbiasa melihat Kyu-Hyun pergi ke kantor setelah dia bangun jadi dia merasa sedikit kecewa saat Kyu-Hyun pergi tanpa mengatakan apapun padanya.

Soo-Jin duduk disisi ranjang. Adaa yang aneh dari sikap Kyu-Hyun sejak kemarin sore, sejak mereka bicara dibawah hujan. Soo-Jin bangkit dari duduknya saat sesuatu terlintas dibenaknya. Apa Kyu-Hyun mencurigainya? Kyu-Hyun pasti curiga karena melihatnya bermain hujan. Jelas-jelas Sae-Jin alergi dingin dan hujan sesuatu yang dia hindari.

Apa itu yang menjadi alasan perubahan sikap Kyu-Hyun? Seharusnya dia merasa senang karena Ini akan memudahkan langkahnya untuk mengakui siapa dirinya ini. Tapi perasaannya sama sekali tidak merasa senang, bahkan jauh dari kata senang.

Soo-Jin bergegas menuju kamar mandi. Dia harus pergi untuk menemui Kyu-Hyun. Semalam Kyu-Hyun tidak memberikannya kesempatan untuk bicara. Terlihat sekali jika Kyu-Hyun menghindarinya. Jika begini terus dia tidak akan memiliki kesempatan untuk bisa mengakui semuanya. Hari ini apapun yang terjadi dia harus memberitahu Kyu-Hyun kebenarannya. Harus!

**

Soo-Jin melihat ulang rekaman video Sae-Jin yang ada di ponselnya. Dia akan memperlihatkan bukti itu pada Kyu-Hyun. Soo-Jin sudah akan pergi ketika Bibi Min menahannya. Ada sedikit perdebatan antara Soo-Jin yang ingin pergi dan Bibi Min yang ingin dia memakan sarapannya lebih dulu sebelum pergi. Siapa yang sangka wanita tua itu berhasil membuat Soo-Jin menghabiskan sarapannya.

“Habis. Aku sudah menghabiskannya. Sekarang aku bisa pergi?”

“Tentu nona” Kata wanita itu dengan senyum keibuannya. Untung saja Bibi Min lebih tua darinya jika tidak akan ada pertengkaran pagi ini.

Soo-Jin meminta seseorang untuk mengantarnya ke kantor Kyu-Hyun.

Seorang pria memperhatikan kesekelilingnya, merasa aman dia mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang.

“Dia baru saja pergi. Menuju kantor”


Setengah jam kemudian Soo-Jin sudah sampai di kantor Kyu-Hyun. Di sedang menunggu lift saat seseorang menghubunginya.

Alexander H.J. Nama yang muncul dilayar ponselnya. Tepat saat Soo-Jin mengangkat panggilannya pintu lift terbuka. Soo-Jin segera masuk dan menekan tombol lift ke ruangan Kyu-Hyun.

“Wae?” Tanya Soo-Jin dingin.

“Aku ingin bicara empat mata denganmu”

“Aku sedang tidak ingin bicara padamu”

“Tidak akan banyak menyita waktumu untuk bertemu suamimu”

Soo-Jin merasa aneh dengan ucapan Hae-Jun. Pria itu seolah-olah tahu jika saat ini dia sedang ingin menemui Kyu-Hyun.

“Jangan takut. Aku sedang tidak mengawasimu”

Dia mengawasiku! Kalimat itu sendiri menggiringnya pada fakta yang berseberangan. Saat ini Cho Hae-Jun sedang mengawasinya. Soo-Jin melirik pojok kanan atas tempat dimana cctv lift berada.

“Tatapanmu itu mengerikan”

Benar! Dia mengawasiku dari cctv. Tapi bagaimana dia tahu jika hari ini aku akan ke kantor untuk menemui Kyu-Hyun?

Soo-Jin menghela nafas, dia lupa jika langit-langit rumahnya memiliki mata dan dinding rumahnya memiliki telinga.

“Apa maumu?”

“Bertemu dan bicara”

“Aku menunggumu dilantai 7” lanjut Hae-Jun kemudian.

Soo-Jin melirik LED lift yang menunjukkan lantai 5. Dia menekan tombol di lantai 7.

Soo-Jin keluar di lantai 7. “Jalan ke sebalah kiri” Dia melirik cctv diatas kepalanya. “Lurus lalu belok ke kanan”

“Kau akan menemukan tangga darurat. Masuklah tanpa membuat orang curiga”

Soo-Jin menatap pintu darurat yang Hae-Jun maksud. Dia melihat kesekeliling dan saat merasa aman barulah dia masuk.

Tidak seperti tangga darurat yang sempit dan sesak. Tangga darurat ini lebar dengan dinding kaca hitam yang jika siang hari terlihat transparan. Soo-Jin menahan nafasnya melihat ke bawah sana. Baginya lantai 7 itu sama tingginya dengan lantai 20.

Soo-Jin membuang nafas mengingat kembali tujuannya datang ke tempat ini. Dia melihat seorang pria berdiri disisi dinding kaca di atas sana. Soo-Jin naik menghampiri Hae-Jun.

“Bagaimana menurutmu tempat ini?” Tanya Hae-Jun yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, posisi Hae-Jun saat ini tengah membelakanginya. “Astaga! Aku lupa kau ini Soo-Jin yang takut dengan ketinggian, benarkan?” Hae-Jun memutar tubuhnya dengan senyum liciknya.

Soo-Jin menatap pria itu tanpa berkedip. Jika Hae-Jun kira membawanya pada ketinggian akan membuatnya lemah pria itu salah besar. Dia tidak selemah itu. Ketinggian memang ketakutannya tapi nyalinya ini lebih besar dari ketakutannya. Soo-Jin berdiri dengan membelakangi ketinggian.

“Bisa langsung katakan saja apa maumu?”

Hae-Jun berdiri di hadapannya. “Mari kita buat kesepakatan” Satu alis Soo-Jin terangkat. “Dimana kita sama-sama akan diuntungkan” Lanjutnya kemudian.

Soo-Jin bersedekap di depan dana. “Jika aku tidak tertarik bagaimana?”

“Tidak mungkin kau tidak tertarik. Kau akan mendapat sesuatu yang sangat berharga”

“Bisa aku tahu apa sesuatu yang sangat berharga itu?”

“Bukan apa tapi siapa. Harusnya kau bertanya siapa sesuatu yang sangat berharga itu?”

Siapa? Jadi bukan benda yang Hae-Jun maksud melain orang. Apa pria itu sudah gila? Dia membuat seseorang menjadi imbalan dari kesepakatan. Kurang ajar sekali!

Soo-Jin tidak tahan lagi berlama-lama mendengarkan omong kosong Hae-Jun. Wajahnya tidak menunjukkan ketertarikan akan apapun.

“Kau terlalu lama” Soo-Jin sudah akan pergi namun Hae-Jun menghentikannya.

“Kau ini tidak sabaran sekali”

“Ini sungguh kesepakatan yang sangat menguntungkan Soo-Jin~Ssi” Soo-Jin menatap Hae-Jun dengan satu alisnya yang terangkat. “Kyu-Hyun. Kau bisa mendapatkan Kyu-Hyun”

Soo-Jin tertawa hambar. “Aku serius. Apa kau pernah berpikir bagaimana jika Kyu-Hyun tahu gadis yang dia ajak berdansa itu kau dan bukannya Sae-Jin?”

“Kau juga tahu rupanya”

“Tentu saja. Kau pikir kenapa tiba-tiba Sae-Jin kembali ke Seoul? Itu semua karena aku”

Hae-Jun mengingat kembali saat dia mengalami kecelakaan di tempat pembangunan proyek. Dia harus mendapat luka jahitan di bahu kirinya yang koyak. Saat itu Sae-Jin sedang berada di Jeju, mendengar kabar tentang dirinya Sae-Jin segera bergegas kembali ke Seoul.

“Kau ada disini? Bukankah seharusnya kau di Jeju?”

“Aku kembali untuk melihat keadaanmu. Aku sungguh mencemaskanmu”

“Lalu bagaimana dengan pestanya”

“Aku sudah meminta seseorang untuk menggantikanku”

“Bagaimana jika ada yang sadar jika itu bukan kau”

“Tidak akan”

“Jika ayahmu sampai tahu—”

“Ayah tidak akan tahu karena Soo-Jin yang menggantikanku.”

“Soo-Jin?”

“Dia ada Jeju untuk urusan pekerjaan. Aku memintanya untuk menggantikanku”

Percakapan antara dia dan Sae-Jin satu tahun yang lalu.

Seharusnya Soo-Jin tahu jika Hae-Jun lah satu-satunya alasan kenapa Sae-Jin kembali ke Seoul dengan panik.

“Jika dia tahu gadis itu kau, dia mungkin saja akan berubah pikiran”

Soo-Jin memicingkan matanya, dia tidak pernah ingin Kyu-Hyun tahu akan hal itu. “Tidak akan ada yang berubah sekalipun dia tahu. Yang dia cintai itu Sae-Jin bukan aku!”

“Tapi kaulah cinta pandangan pertamanya”

Lagi, Soo-Jin tertawa hambar. “Kekeliruan. Cinta pada pandangan pertama itu kekeliruan. Omong kosong!”

“Benarkah? Kau tidak pernah berpikir jika mungkin saja Kyu-Hyun akan menerimamu. Bagaimanapun kau gadis pertama yang membuatnya tertarik”

Kalimat itu sesaat memengaruhinya tapi Soo-Jin segera sadar jika hal itu tidak akan pernah terjadi. “Tapi aku sama sekali tidak tertarik”

“Bukan hanya itu, kau akan segera mendapatkan namamu dan jati dirimu kembali. Kau juga bisa mendapatkan Kyu-Hyun. Aku akan membantumu”

“Lalu apa yang kau inginkan dariku?” Tanya Soo-Jin. “Biar aku tebak” Sergah Soo-Jin sebelum Hae-Jun membuka mulutnya. “Semua bukti tentangmu, video dan rekaman itu benarkan?”

Tebak Soo-Jin tepat sasaran, tidak melenceng sedikitpun. Dan senyum Hae-Jun seolah membenarkan semuanya.

“Jika aku tidak mau?”

“Jika kau tidak mau…” Hae-Jun melangkah maju membuat Soo-Jin melangkah mundur. Seterusnya hingga memojokkan Soo-Jin pada dinding kaca. Soo-Jin tidak ingin menoleh kebelakang karena kepalanya akan mendadak pusing jika melihat ketinggian. “Maka aku akan membuatmu mau”

“Tidak akan bisa. Aku tidak akan diam seperti Sae-Jin!”

“Benarkan?”

“Bagaimana jika aku memaksamu dari ketinggian?” Belum sempat kalimat itu Soo-Jin mengerti Hae-Jun mendorong tubuhnya ke sisi kiri.

“Arghhh” Soo-Jin terkejut saat Hae-Jun menempatkan tubuhnya diujung tangga. Kedua tangan Soo-Jin memegang kuat-kuat satu tangan Hae-Jun. Soo-Jin menatap Hae-Jun takut, dia berada diujung tangga, jika Cho Hae-Jun melepaskan tangannya maka sudah bisa dipastikan dia akan jatuh terguling ke bawah sana.

“Cho Hae-Jun” Suara Soo-Jin bergetar begitu juga dengan tubuhnya yang bergetar hebat melihat ke bawah sana. Dia tidak mati jika terjatuh hanya saja beberapa tulangnya akan terkilir, yang lebih buruk mungkin saja patah.

“Jadi kau mau menerima tawaranku?”

“Tidak!” Meski takut luar biasa, Soo-Jin tidak akan membuat pria itu menang.

“Kau ini sangat keras kepala!” Hae-Jun melepaskan paksa satu tangan Soo-Jin. Tubuhnya hanya bertumpu pada satu tangannya dan satu tangan Hae-Jun.

“Bagaimana?”

Soo-Jin menggeleng kuat. Hae-Jun menggendurkan pegangan tangannya. Dan Soo-Jin semakin mengeratkan pegangan tangannya.

“Terima saja tawaranku ini” Hae-Jun semakin mengendurkan pegangan tangannya. Soo-Jin menggeleng kuat-kuat.

“Bagaimana Soo-Jin~Ssi?” Mata Hae-Jun menatapnya tanpa belas kasihan. Pria itu tidak sedang menakutinya. Dia benar-benar akan melepaskan tangannya jika sampai Soo-Jin tetap menolaknya.

Aku tidak akan mati. Han Soo-Jin kau tidak akan mati jika kau jatuh. Benar, kau tidak akan mati!.

Berulang kali Soo-Jin mengingatkan dirinya. Jika dirinya sampai jatuh dia tidak akan mati. “Tidak akan pernah!” Dan entah apa yang gadis itu pikirkan selanjutnya dia yang lebih dulu melepaskan pegangan tangannya dari tangan Hae-Jun.

Soo-Jin jatuh berguling diatas tangga. Hae-Jun terkejut dengan keputusan Soo-Jin yang lebih memilih jatuh dibanding menerima tawarannya.

Hae-Jun tersenyun kasihan melihat Soo-Jin jatuh terlentang dibawah sana dengan darah yang mulai keluar dari kepalanya.

Keputusan yang bodoh! Pikirnya. Seharusnya dia menerimanya saja.

Hae-Jun turun ke bawah, berjongkok di dekat tubuh Soo-Jin. Hae-Jun memeriksa tas Soo-Jin yang tidak jauh dari tubuhnya, dia tidak menemukan apapun di dalam sana. Dia memeriksa mantel Soo-Jin dan menemukan ponsel gadis itu.

Dia mencari bukti video yang pasti Soo-Jin simpan diponselnya, video Sae-Jin yang akan ditunjukkannya pada Kyu-Hyun. Hae-Jun menghapusnya. Dia juga menghapus riwayat panggilannya.

Bagaimanapun caranya dia akan melenyapkan semua bukti yang gadis itu punya.


Brakk!!!

Kyu-Hyun terkesiap ditempatnya. Seseorang membuka pintunya dengan keras.

“Sajangnim” Salah satu karyawannya terlihat panik. Dia mencoba mengatur nafasnya lebih dulu sebelum bicara. “Nyonya Cho—”

“Ibuku?”

“Bukan. Istri anda”

Kyu-Hyun mendekati pria itu. “Ada apa?” Baru pria itu ingin membuka mulut suara sirine ambulan memotongnya. “Ada apa?!”

“Nyonya Cho jatuh dari tangga”

“Mwo?”

“Di lantai 7. Tangga darurat—”

Belum selesai pria itu bicara Kyu-Hyun sudah pergi. Berlarian seperti orang yang kehilangan akal. Menunggu lift yang dia rasa lama Kyu-Hyun memilih turun dengan tangga darurat.

Kyu-Hyun sampai dengan peluh diwajahnya. Saat itu Soo-Jin sudah dinaikkan ke atas tandu.

Darah itu kembali membasi wajah gadis itu. Ada gips yang terpasang dilehernya. Kaki Kyu-Hyun terasa bergetar melihat keadaan Soo-Jin.


Soo-Jin mengalami luka pada leher yang terkilir dan pergelangan kakinya yang retak. Beruntung tulangnya tidak ada yang patah.

Kyu-Hyun meringis melihat keadaan gadis itu bagaimana kakinya harus di gips dan lehernya harus terpasang Neck Brace. Kyu-Hyun menggenggam erat satu tangan Soo-Jin, dia merasa bersalah atas kejadian yang terjadi pada gadis itu. Dia merasa karena dialah gadis itu terluka.

Sae-Jin pasti ingin menemuinya di kantor mungkin untuk menanyakan keanehan sikapnya ini. Sae-Jin pasti merasakan perubahan sikapnya sejak kemarin.

Hyo-Mi dan Jae-Suk datang. Keduanya meringis melihat kondisi Soo-Jin. Hyo-Mi bahkan sudah menangis disisi putrinya.

“Kyu bagaimana ini bisa terjadi?” Tanya Jae-Suk.

Kyu-Hyun memberikan gelengannya. Dia juga tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. Tidak lama Jung-Soo datang menjenguk bukan sebagai detektif namun sebagai teman Kyu-Hyun. Saat itu dia berada tidak jauh dari kantor Kyu-Hyun, dia melihat mobil ambulance keluar dari sana. Dia lalu bertanya pada salah satu petugas keamanan yang memberitahunya jika istri dari presdir mereka ditemukan jatuh dari tangga darurat di lantai 7.

Dokter masuk, dia ingin bicara dengan Kyu-Hyun tapi bukan disini melainkan diruangannya. Jung-Soo ikut menemani Kyu-Hyun sementara Hyo-Mi dan Jae-Suk menemani putri mereka.

“Begini” Kata dokter wanita itu memulai. “Melihat luka yang ada aku rasa pasien jatuh bukan karena tidak sengaja”

Kyu-Hyun maupun Jung-Soo saling bertukar pandang. “Jika kita jatuh dari tangga besi seperti yang pasien alami maka tubuh kita akan mengalami cedera yang lebih serius seperti  patah pada tangan ataupun leher. Tapi disini pasien hanya terkilir dengan kata lain sebelum dia jatuh tubuhnya sudah lebih dulu membuat pertahanan hingga saat dia jatuh cedera yang dialami tidak begitu serius”

“Jadi maksudnya dia sudah tahu dia akan jatuh karena itu tubuhnya merespon seperti itu?” Tanya Jung-Soo memastikan. Dokter wanita itu mengangguk. “Apa ini percobaan pembunuhan?”

“Hyung!” Jung-Soo mengisyaratkan agar Kyu-Hyun diam saja dan mendengarkan.

“Tidak. Aku pikir bukan percobaan pembunuhan. Tapi juga tidak bisa dikatakan murni karna kecelakaan.”

Keduanya keluar dengan wajah yanh sama-sama berpikir. Jung-Soo membawa Kyu-Hyun menjauh dari kamar inap Sae-Jin. Mencari tempat yang tidak terjangkau oleh orang tua Sae-Jin.

“Kyu kau dengarkan ini bukan murni karena kecelakaan. Ada seseorang yang ingin mencelakai Sae-Jin”

Kyu-Hyun menggeleng. “Aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu siapa yang ingin mencelakai Sae-Jin dan kenapa? Terlebih kejadian itu terjadi di kantor”

“Tenanglah” Jung-Soo tahu Kyu-Hyun sedang sangat gelisah. Semua ini membuat pikirannya kacau.

“Menurutmu siapa kira-kira orang yang bisa mencelakai Sae-Jin? Apa dia punya musuh?”

“Sae-Jin itu gadis yang baik. Dia tidak mungkin memiliki musuh”

“Atau mungkin ada orang yang tidak menyukainya?”

Kyu-Hyun menggeleng. “Aku tidak tahu Hyung. Aku tidak mengerti kenapa hal seperti ini bisa terjadi”

Kyu-Hyun mengusap wajahnya kasar. Jung-Soo menepuk pundak Kyu-Hyun melihat kekacauan diwajah Kyu-Hyun. Kyu-Hyun terkejut, cemas, dan tidak tahu situasi seperti apa yang sedang terjadi.

Hanya Sae-Jin yang tahu sedang apa dan bersama siapa dia ditangga darurat itu. Jung-Soo meminta Kyu-Hyun untuk tidak mengatakan apapun pada orang tua Sae-Jin. Mereka sepakat akan menyimpannya sebagai rahasia.


Hae-Jun datang kekediaman keluarga Han. Wajahnya itu dia buat secemas mungkin. Pelayan rumah menanyakan kedatangannya.

“Aku ingin mengambil rekam medis Sae-Jin. Bibi dan paman tidak bisa meninggalkan Sae-Jin karena itu aku yang datang untuk mengambil rekam medisnya”

Itu hanya alasan yang Hae-Jun buat agar bisa masuk ke dalam dan tentu saja tanpa curiga pelayan itu membiarkan Hae-Jun masuk. Hae-Jun meminta pelayan itu untuk mencari rekam medis Sae-Jin yang disimpan di dalam kamar Tuan dan Nyonya Han.

Hae-Jun memanfaatkan kesempatan itu untuk mendatangi kamar Sae-Jin. Semua bukti-bukti itu pasti gadis itu simpan di dalam kamarnya. Hae-Jun mengunci pintu kamar selagi dia mencari bukti itu. Dia mulai dengan menghidupkan komputer Sae-Jin selagi menunggu dia mulai memeriksa setiap laci yang ada.

Hampir semua laci dia periksa namun bukti-bukti itu tidak juga dia temukan. Hae-Jun menuju meja komputer, mungkin saja Soo-Jin menyimpan salinannya dikomputer itu. Tapi dia tidak menemukan apapun. Tentu saja, Soo-Jin itu cerdik dia tidak mungkin menyimpan video itu dikomputer ini sekalipun  salinannya.

Dia melirik ke arah pintu, dia harus cepat menemukan semua buktinya sebelum pelayan itu menemukan rekam medisnya lebih dulu. Hae-Jun memeriksa ke bawah tempat tidur, tidak ada satu tempatpun yang tidak dia periksa. Dan satu-satunya tempat yang belum dia periksa hanya lemari pakaian.

Hae-Jun memeriksa lemari itu mulai dari laci, bawah lipatan baju, lemari gantung tapi tak kunjung menemukan bukti itu.

“Sial! Dimana dia menyimpannya!”

Hae-Jun berpikir keras. Jika bukan dikamar ini lalu dimana dia menyimpannya?

“Kamar Soo-Jin” Gumamnya. Soo-Jin pasti menyimpannya dikamarnya sendiri. Hae-Jun keluar dari kamar Sae-Jin, berjalan mengendap-endap menuju kamar lainnya. Kamar yang tak jauh dari tangga itu di yakini sebagai kamar Soo-Jin.

Hae-Jun masuk ke dalam kamar itu. Dilihatnya beberapa foto Soo-Jin saat masih sekolah terpasang di dinding-dinding kamar. Sebenarnya dia sendiri tidak bisa membedakan antara Soo-Jin dan Sae-Jin.

Kira-kira dimana gadis itu menyimpannya? Tempat itu pastilah tempat yang tertutup. Satu-satunya tempat tertutup hanya lemari itu. Hae-Jun berjalan menuju lemari, saat di membukanya salah satu pintu terkunci. Perasaanya mengatakan jika bukti itu Soo-Jin simpan di lemari yang terkunci itu. Hae-Jun bisa saja membukanya dengan paksa tapi dia tidak ingin meninggalkan jejek. Hae-Jun mencari kunci lemari itu.

Mungkin di nakas dekat tempat tidur. Pikirnya. Hae-Ju memeriksa setiap laci yang ada di nakas tapi dia tidak menemukan kunci itu. Hae-Jun mengamati setiap sudut kamar ini. Orang seperti Soo-Jin tidak mungkin menyimpan kunci itu ditempat yang mudah ditemukan. Pastiklah kunci itu disimpan ditempat yang tidak seorangpun mengira.

Perhatiannya jatuh pada meja belajar disamping lemari. Diatas meja hanya ada lampu belajar yang entah masih berfungsi atau tidak, beberapa foto dan celengan buah apel.

Ck. Celengan, benda itu merupakan benda wajib yang dimiliki anak-anak. Dan gadis sedewasa Soo-Jin masih menyimpan benda seperti itu. Selain jika benda itu memang berharga, menyimpan banyak kenangan.

Sesuatu yang berharga. Celengan. Jika tebakannya benar maka kunci itu disimpan di celengan itu. Hae-Jun mendekat ke meja belajar, mengambil benda itu. Dia mengcuncang-guncang celengan itu hingga sesuatu jatuh dari bawah sana.

Sebuah kunci jatuh di dekat kaki. Hae-Jun melihat kebagian bawah celengan yang ternyata berlubang.

“Han Soo-Jin itu benar-benar kekanakan” Hae-Jun memungut kuncinya, mengembalikan celengan itu ditempat semula.

Hae-Jun mulai membuka lemarinya, dengan cepat dia menemukan sebuah brangkas kecil di bagian bawah lemari. Brangkas itu terkunci dengan kata sandi. Bukan hal yang sulit untuknya. Dia mengeluarkan bubuk mesiu dan kuas kecil yang sudah dia siapkan. Benar! Dia sudah mempersiapkannya dari rumah untuk berjaga-jaga jika dia harus membobol sebuah brangkas.

Hae-Jun menyapukan bubuk mesiu dengan kuas pada tombol panel. Bubuk itu akan sangat membantu untuk membaca sidik jari. Dia menemukan sidik jari Soo-Jin di empat tombol. Hae-Jun mencoba membukanya dengan kombinasi empat angka itu dan berhasil membukanya dipercobaan kedua.

Hae-Jun tersenyum puas melihat semua yang dia cari ada di dalam brangkas itu. Semua dokumen, microdisk dan alat perekam semuanya ada disana. Hae-Jun mengambil bukti itu, menyimpannya di balik jasnya. Dia menutup kembali brangkas, mengunci pintunya dan mengembalikan kuncinya ke dalam celengan.

Sebelum keluar dia memastikan keadaan sekitar, merasa aman barulah dia keluar dari kamar itu. Hae-Jun mengendalikan dirinya agar tidak terlihat senang agar tidak ada yang mencurigainya. Dia kembali nunggu di ruang tamu. Tak lama pelayan datang membawakan rekam medis Sae-Jin.

Hae-Jun pergi dari kediaman keluarga Han dengan kemenangan ditangannya. Sudah dia katakan sebaiknya Soo-Jin menerima tawarannya. Setidaknya dia tidak perlu berakhir di rumah sakit.

Hae-Jun tersenyum licik sembari masuk ke dalam mobilnya.


“Eomonim pulanglah, ini sudah malam” Kyu-Hyun tidak tega melihat wajah lelah Hyo-Mi yang memaksakan diri untuk tetap di rumah sakit.

“Kyu-Hyun benar. Kita pulang saja dan kembali besok saat Sae-Jin sudah sadar Eum?”

Hyo-Mi menggeleng. “Aku ingin melihat Sae-Jin siuman baru setelah itu pulang”

“Bukankah dokter sudah mengatakan pengaruh obat tidurnya baru akan habis pukul 11 ke atas. Dia baru akan siuman tengah malam nanti. Lebih baik kita pulang dan kembali lagi besok” Jae-Suk masih berusaha membujuk Hyo-Mi dan usahanya itu berhasil meski dengan sedikit paksaan.

“Aku akan mengantar kalian kebawah”

“Tidak perlu” Tolak Jae-Suk. “Kau disini saja temani Sae-Jin dan beritahu aku saat dia sudah siuman”

“Ne”

Setelah itu waktu Kyu-Hyun hanya dihabiskan untuk memandangi Soo-Jin tanpa lelah. Meski kondisi Soo-Jin tidak separah waktu itu tapi kali ini gips yang terpasang dilehernya membuat kesan jika kondisinya lebih parah dari yang sebelumnya.

Dokter mengatakan jika Neck Brace itu akan terpasang hingga satu minggu ke depan. Dan gips yang ada dikakinya akan jauh lebih lama karena pergelangan kakinya sedikit retak. Dan buruknya kakinya tidak bisa digunakan hingga waktu yang belum ditentukan, dia akan duduk di kursi roda hingga beberapa minggu ke depan.

Belum juga hilang goresan disepanjang tulang pipinya kini bertambah lagi luka lainnya. Kyu-Hyun ingin menggenggam tangan Soo-Jin tapi gerakan tangannya berhenti diudara. Keraguan itu masih bergejolak dihatinya. Keraguan yang selalu dia coba untuk singkirkan. Dia menarik kembali tangannya. Tidak bisa mengabaikan keraguannya namun juga tidak bisa menghilangkannya.


Hae-Jun menuju halaman belakang rumahnya dengan semua bukti yang ada ditangannya. Dia membuang semua berkas termasuk memori USB dan alat perekam ke dalam kotak sampah aluminium. Menghidupkan korek dan membakar kotak itu beserta isinya. Sekarang tidak ada lagi yang bisa mengancamnya. Soo-Jin tidak bisa membongkar kebenarannya pada Kyu-Hyun. Ketakutannya berakhir digantikan kemenangannya.

Hae-Jun tersenyum puas melihat api yang semakin besar, melahap abis semua bukti itu. Dia melihat ke arah langit. Sae-Jin pasti melihatnya dari atas sana.

Lihat Han Sae-Jin semua yang sudah kau kumpulkan, saat ini, disini sudah aku bakar habis. Kebenaran tentangku akan selamanya menjadi rahasia dan saudara kembarmu itu entah bagaimana dia akan mendapatkan namanya kembali atau dia akan selama hidup sebagai dirimu? Entahlah, yang jelas semua pilihan terasa sulit untuknya.

Hae-Jun tersenyum menatap langit. Dia ingin menunjukkan senyum kemenangan itu. Sae-Jin, dia pernah mencintai Sae-Jin tapi tidak sebesar ambisinya untuk menghancurkan Kyu-Hyun dan keluarganya. Meski saat ini dia gagal tapi dia masih memiliki Soo-Jin yang bisa mewujudkan keinginannya.

Saat gadis itu memilih untuk menjadi dirinya lagi, dia akan pergi meninggalkan Kyu-Hyun. Dan seorang Cho Kyu-Hyun akan hancur saat tahu gadis yang dia cintai meninggal karena kecelakaan dan gadis yang dia nikahi tak lebih dari seorang penipu.

“Han Soo-Jin…”

“Aku sudah memberimu penawaran yang bagus tapi kau menolaknya. Penolakanmu itu sebenarnya kemenangan untukku” Hae-Jun tertawa penuh kemenangan. Tawanya ini akan menyenangkan jika kehancuran Kyu-Hyun sudah di depan mata. Dan hingga saat itu tiba dia tidak boleh terlena dengan kemenangannya.

 

 

TBC

149 pemikiran pada “Mask {Part 10}

  1. dag dig dug sekale baca part ini sempet kesel juga kenapa hae jun bisa dengan mudahnya dapetin semua bukti yg sae jin kumpulin semoga aja masih ada bukti yg tersisa yg Soo jin simpen supaya pas sadar dia bisa buka kedoknya si hae jun

  2. Gak mungkin kan kalo semua buktinya udah haejun ambil, please jangan bilang iya.. gimana soojin nanti jelasinnya ke kyuhyun dengan kondisinya yg kek gini tanpa bukti, semoga aja masih ada satu bukti lagi yg tertinggal..

    Kasihan banget soojin, dia yang harus nanggung masalah saejin, bukan cuma psikis tapi fisik juga..
    Gak rela aja kalo nantinya mereka pisah

  3. Gimana ini, bukti’a udah di angusin haejun.
    Semoga aja masih ada bukti yang tersisa, di mana kek gitu, yang kira2 ga bisa di tebak haejun, kog haejun nya pinter banget ini ya, bukti yang di umpetin ama soojin di tempat aman bisa langsung ketahuan gitu.

    Kyu mulai curiga aja udah mulai dingin gini, gimana kalo tahu beneran, marah pasti ya, jangan lama2 marah’a ya kyu, kasian soojin’a udah mulai suka itu soojin’a.

  4. kyaa udah lanjutt ternya wohoo
    duh haejun jahat amat ya kasian soojin mudah” bukti”nya masih banyak biar si haejun mampus sekalian gemes ih sama si haejun ckck mudah”cepet ke ungkap dah biar tenang soojinnya 😀

  5. yaampunnnnn udah tbc ajaaa tiba2 hueheueheueheu 😭😭😭😭😭
    lagi seru2 nyaa hiks:(
    kenapa sih si hae jun jahat pake banget ih! mana semua buktinya dihapus pula😡😤
    firasat i mengatakan bahwa kyuhyun bakalan ninggalin soojin nih;(

  6. gilak gilak mau gimana lagi ini soojin?? udah ga berdaya masuk rumah sakit kaki retak semua bukti udah dibakar yampun aku berharap bgt soojin ga sebodoh itu aka bakal ada salinan atau apalah ini bener2 udah abis kebakar yampun aku jd takut masa wakakaka kocak dah bacanya ini lebih degdegan daripada part2 sebelumnya asliiii takut benerrrrrrrrr. ah jd makin gasabar ini gimana gini semoga cepet update lagi huwaaaaaaaa

  7. Wah..,,Hae Joon bnar2 jahat dan pintar.. Klw bukti itu sudah di lenyap kan Hae Joon trus gimana cara Soo Jin bwt Kyuhyun percaya klw Hae Joon itu jahat… OMG, ksian Soo Jin…

  8. Hae Joon bnar2 jahat dan pintar… Klw semua bukti udah dilenyapkan Hae Joon trus gmna Soo Jin ngebuktiin kejahatan Hae Joon dan membuat Kyuhyun percaya…

  9. greget bgt gw !!!! sh*t !!!
    haejun udh ngemusnahin bukti2 itu lalu soo jin bisa apa ?!! apa lg skrg dia ga bisa bebas gerak krn kakinya. blm lg semua kebongkar, kyuhyun udh mulai curiga. hadeeehhh kayaknya hr ini hr keberuntungan haejun ?

  10. bukti fi plashdisk saejin yg diumpetin di pot msih aman ngga sih?????
    ksian bgt saejin n soojin udah kmplin bukti2.. eh dibkarr am haejun..
    kyuhyun mlai ragu jg am soojin….kasian bgt si soojin

  11. Ga ga mungkin semua bukti sudah di ambil. Ga mungkin seorang han soo jin seceroboh itu ninggalin bukti pasti ada salinanya. Semua harus ke bongkar, ga peduli lyuhyun harua benci atau apapun sama Soojin tapi yg terpenting soojin ga nanggung semuanya sendiri. Hanya demi Saejin dia rela masuk rumah sakit seperti sekarang

  12. si hae jun jahat banget, licik penuh muslihat, kasihan banget soo jin, kyuhyun mulai ragu nih, padahal soo jin kecelakan begitu gegara melindungi bukti itu, dasar si haejun jahat gak ketulungan.. mana bukti2 dia hancurkan lagi huaaaaaaaa tp bukannya soojin masih nyimpan bukti lainnya ya
    next di tunggu….

  13. Liat part 10 udah nongol, rasanya tuh kayaaa liat dia…. 😍😍😍. Lanjut lagi ya oen, eh. Tapi kalo tugas akhirnya belum selese, diselesein dulu deh, dari pada dikejar kejar dosen wkwk. Semangat ya oen . 😘😘

  14. Kyuhyun mulai curiga semoga kyuhyun tau kebenarannya dari mulut soo jin sendiri ,,,soo jin itu pintar , cerdik ngga mungkin kan kalo dia ngga punya salinannya , kalo semua bukti hilang bagaimana soo jin membongkar kejahatan hae jun dan mengakui kebenerannya

  15. 😂😂 karakter kyuhyun yang aku suka, dingin tapi manis mulai muncul 😂
    ya ampun soojin dikira bukti nya semua udah di hancurin 😂
    pengen cepet2 kebusukan si haejun kebongkar. 😂 tapi gimna kabar kyuhyun kalo tau saejin menghianati dia sama soojin yng nyamar jdi saejin😂😂
    tetep semangat kak 🤗🤗 ditunggu lagi next part nya 😆😂😂

  16. Haejun bner2 kterlaluan… Gra2 dia soo jin jdi claka.
    Smoga soo jin msih mnyimpan bukti yg lain, gk mngkin kn klo semua buktinya hangus.. Cpt smbuh juga bwt soo jin biar bsa nglawan hae jun lagi.

  17. aaaaarggggh bikes..bikes..bikeeeeeees😣 bikin keseeeel 😣
    naoa ntu bukti malah dicuri si iblis tae jun😣😡
    ya allah nenk kga ridho,😭😭

  18. Ping balik: Library | KYUJIN FICTION

  19. hihhhhh hae jun dia jahat bangetttt. gasuka kesel greget ihh emosi aku bacanya eonn
    soojin gamungkin cuma naro satu salinan buktinya kan? pasti ada lagi kan? ahhh aku penasaran

  20. Brengsek !!!
    Aaarrrggghhh dasar iblis, hae jun,
    Sumpah benci bgt sama org itu, kelakuan udah kayak binatang .

    Aduuuh, gmana lagi cara soojin membongkar kejahatan org itu ke kyuhyun, huaaaaaaa 😭😭😭😭😭

  21. si haejun emg bner deh kakaknya iblis ckck.. semjdah itukah dia dapetin buktinya jangan dong pleaseuu
    Soojin kasian bgt udh ngorbanin perasaannya dia buat jadi saejin trus jatoh krn minyak lah ini jatoh dari tangga
    semoga ada pelangi sehabis hujann

  22. ihhh si sakit jiwa yg jahat itu bener2, sekarang bukti2 udh sama hae jun
    terus nanti hae jun ngomong kebenaran tentang soo jin
    jadi gimana nasip soojin kalau kyuhyun tau yg sebenernya ???

  23. Haejun benar2 cerdik atau lebih tepatnya Licik. Tp bagaimana cara Soojin membuat kyuhyun percaya dengan perkataannya, kalo bukti2nya saja sudah dihancurkan. Apa dia masih punya salinannya? Atau bukti yg dibakar itu bukan yg asli?

  24. Ih jdi pengen liat si HJ membusuk dipenjara ate mati mengenaskan asli sebel banget pengen ku kasih sianida.

    Kalau semua bukti udah di angusin sama HJ terus soojin gmn??

    Makin lama deh berperan jdi sae jin, terus cara soojing ungkapin kebenarna ke kyu gmn?

    Ah mola, pusing mikirnya btw

  25. Ya ampun padahal itu bukti soojin dapetin lama bgt eh malah diambil sama saejin dapam sekejap
    Aduhh masih ada salinan bukti lagi ga ya kan belum dikasih tau sama kyuhyun dan orangtua nya😭

Tinggalkan komentar