My Destiny {Part 7}

my destiny

My Destiny Part 7~~

***

Soojin menjatuhkan tubuhnya diatas kasur miliknya. Memandang langit rumah dengan pandangan kosong dan pikiran yang tak kalah kosong pula. Tatapan yang awalnya kosong berubah nanar saat semuanya kembali teringat dibenaknya. Bagaimana cara Hyesoo menceritakan semua hal tentang dirinya. Bahkan dia tidak tau Hyesoo mengetahui semua penghiatan Kyuhyun dan ibunya. Dia kecewa? Tentu, dia sangat kecewa. Orang yang dia anggap satu-satunya orang yang tidak akan mempermainkannya kini juga ikut membohonginya.

Sangat menyedihkan bukan. Disaat semua orang tahu apa yang terjadi padamu disaat itupula kau satu-satunya orang yang tidak tahu apa yang terjadi pada dirimu sendiri. Soojin tersenyum kecut ternyata dia memang sendiri didunia tak ada satu orang yang tulus meyanyanginya. Soojin memejamkan matanya saat pintu kamarnya berdecit terbuka. Tak ada pergerakan yang ia rasakan saat pintu kamarnyadibuka dengan lebar.

Ia tidak bisa melihat siapa yang berada diambang pintu karna posisi tidurnya yang menyamping. Cahaya yang hanya menerangi kamarnya hanya dua buah cahaya yang berasal dari lampu tidur. Soojin semakin menutup rapat kedua matanya saat derap langkah terdengar mendekat kearahnya.  Hal yang membuatnya kerkejut saat isakan tangis terdengar dipendengarannya. Hatinya mencelos saat suara tangisan itu suara tangisan ibunya.

Meski dirinyaa tak bisa melihat langsung dia yakin saat ini ibunya tengah menahan tangis. Sebuah pertanyaan muncul dibenaknya. karna apa ibunya menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi? Atau ini ada hubungan dengan dirinya dan juga Kyuhyun? semua pertanyaan yang berputar dikepalanya perlahan menemukan jawabannya saat suara yang selalu membuat hatinya menghangat terdengar berucap dengan llirih.

“Soo- ya maaf. Mungkin kau tidak bisa memaafkan mom kali ini. mom yakin saat ini kau pasti membenci mom bukan?” Soojin menggigit bibir bawahnya keras. Ari mata tiba-tiba mendesak ingin keluar. Jadi ini yang membuat ibunya menangis. Karna ibunya tahu dirinya telah mengetahui semuanya.

“kau berhak membenci mom Soo-ya” tangisan itu kian menyayat hati. Sekuat itu tangisan yang heesun keluarkan sekuat itu pula ia membekap mulutnya agar tak mengeluarkan suara yang mengusik Soojin. hanya ini yang bisa dia lakukan meminta maaf saat mata indah putrinya terpejam. Karna dosa yang begitu besar membuatnya tak mampu menatap wajah anak yang telah ia sakiti.

“mom” Heesun terkesiap mendengar suara parau Soojin memanggilnya. Dengan ragu ia mengangkat wajahnya, melihat putrinya yang telah berdiri sempurna disamping tempat tidur.  Hatinya perih saat wajah itu menatapnya sendu. “mom kenapa kau menangis?” tanya Soojin dengan suara yang bergetar.

“mom

“Soo-ya maaf”

“mom kau bicara apa? Untuk apa meminta maaf?” Soojin menyunggingkan senyum di bibir ramun itu. meski senyum itu terasa hambar setidaknya senyum itu sedikit menutupi semua perih yang ia rasakan saat ini. “aku bersalah padamu”

Soojin terdiam tak membalas. Jujur, hatinya memang perih mengingat semua penghiatan itu. namun hatinya juga tak bisa berbohong. Dia tidak tega melihat ibunya seperti ini. Soojin kembali menggeleng dan tersenyum menjawabnya.

“Tidak! Tidak ada yang salah, Sejak awal akulah yang bersalah” Soojin berjalan mendekat ke arah ibunya. Tersenyum lembut melihat wajah bersalah ibunya. “mom, kau tidak bersalah, sejak awal aku yang tidak peka dengan keadaan. Aku yang terlalu memaksakan keadaan” Soojin menggenggam kedua tangan ibunya. “percayalah aku baik-baik saja” Heesun menggeleng cepat mendengarnya. Tangisannya kembali pecah tanpa bisa ia tahan. rasa bersalah itu kian membesar melihat ketegaran yang putrinya tunjukan.

Soojin memeluk ibunya lembut, mengusap teratur punggung hangat yang selalu ada untuknya itu. “mom jangan seperti ini, aku baik-baik saja sungguh” air mataya ikut jatuh bersama kembali datangnya perih yang ia rasakan didadanya. Dia berbohong saat ini. sungguh dia berbohong, dia tidak baik-baik saja saat ini.

“ini salah Soo-ya seharusnya kau membenciku!”

“aku menyayangimu mom, aku sungguh menyayangimu hingga aku tak mampu membencimu”  Heesun semakin terisak mendengarnya. Ia memeluk erat Soojin, menumpahkan semua rasa bersalahnya dibahu putrinya yang sama bergertarnya dengan bahunya.

Bagaimana mungkin dia membenci wanita  dalam pelukannya ini.  wanita yang berjuang sendirian selama ini hanya untuknya. satu-satunya orang yang membuatnya hingga detik ini berdiri ditempat ini.

“awalnya aku juga merasa terkejut. Tapi sekarang, setelah aku berfikir semua ini benar. semua kembali pada tempatnya” Soojin melepaskan pelukannya, menatap dalam ibunya. meyakinkan wajah renta yang masih cantik itu jika dirinya memang baik-baik saja. dirinya baik-baik saja, hatinya lah yang terluka.

“tidak Soo-ya

“mom… aku sudah memikirkan semuanya, dan ini memang yang terbaik. kalian saling mencintai bukan? Aku tidak ingin menjadi penghalang untuk kebagiaan kalian”

“kau salah! Hubungan kamilah yang salah”

“tapi dia mencintaimu” heesun terdiam mendengarnya. Cinta? Cinta seperti apa yang Kyuhyun rasakan terhadapnya. Dan cinta seperti apa yang dia rasakan terhadap Kyuhyun. rasa cinta yang pernah ia berikan untuk jay dan Kyuhyun jauh berbeda. Itu yang selalu membuatnya ragu jika rasa yang ia miliki untuk Kyuhyun itu adalah rasa cinta.

“mom, aku tidak akan marah jika kau memang mencintainya. Selama ini kau membesarkanku seorang diri tanpa pendamping yang berada disisimu. Aku tidak keberatan jika kalian bersama, apapun asalkan kau bahagia aku tidak keberatan”

Selama ini ibunya tak pernah sekalipun terlihat bersama dengan seorang pria. Banyak pria yang mendekatinya. Tapi tidak ada satupun yang bisa menggantikan posisi daddy-nya. Jika Kyuhyun lah orangnya kenapa tidak. Meski ia harus benar-benar melupakan pria itu. sekalipun dia harus pergi dari hidup ibunya dan Kyuhyun dia tidak keberatan, karena dia yakin Kyuhyun bisa menjaga ibunya.

Soojin kembali menggigit bibir bawahnya saat penyakit yang sedang ia hadapi adalah peyakit yang sama dengan daddy-nya. Ada saat di berfikir apa dia akan berakhir seperti daddy-nya. Pergi meninggalkan ibunya. Dan jika saat itu tiba dia tidak perlu khawatir karna sudah ada seseorang yang akan menjaga ibunya jika dia benar-benar pergi.

“mom hidupku masih sangat pajang” Soojin menelan salivanya susah payah, ragu dengan ucapannya sendiri “aku yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan sesearang untukku. Kau juga harus bahagia, aku ingin kau hidup bahagia dengan pasangamu siapapun itu”

Kembali senyum itu mengukir disudut bibirnya. Meski berat dia akan mencoba. Setidaknya ini demi kebahagiaan ibunya yang selama ini hidup hanya dengan memikirkan kebahagiaannya. kali ini biarlah dia yang mengalah demi kebahagiaan ibunya.

Dia tidak bisa mempertahankan Kyuhyun disisinya. Hanya keegoisan yang membuatnya bisa mempertahankan pria itu, namun sayang keegoisanpun tak berpihak padanya. Sekarang dia tak lebih dari sekedar gadis penyakitan.

Dia tak mampu menawarkan kebahagiaan untuk Kyuhyun, hanya penderitaan dan beban yang bisa dia berikan untuk Kyuhyun, tak lebih dari itu. Jadi tak ada alasan untuknya tetap mempertahankan pria itu meski rasa cinta itu kian menggebu dengan seiring berjalannya waktu rasa itu akan tergantikan dengan rasa sesak yang terus menghimpit dada.

Meski harus merelakan pria itu untuk wanita lain sekalipun itu ibunya sendiri, dia harus rela. harus!

***

Pagi harinya…

“Dimana obatnya?” Soojin mengeluarkan semua isi yang ada didalam handbag yang semalam  ia pakai. “arghhhh”  Soojin memijat pelan pelipisnya saat rasa sakit itu kembali terasa. “Kenapa tidak ada?!” Teriaknya kesal saat botol obat yang ia cari tidak dia temukan.

“Arghhhh” Soojin kembali meringis rasa sakit itu tidak akan hilang jika dia tidak meminum obat itu. Soojin berjalan tertatih kearah meja riasnya. Memeriksa satu persatu laci yang berada disana. namun hasilnya tetap sama. Dia tidak menemukan obat itu. Soojin menelungkupkan kepalanya diatas tangannya. Rasa sakitnya belum juga hilang ditambah kekesalannya yang tak juga kunjung menumukan obat pereda rasa sakit itu.

Soojin menegakkan tubuhnya, memutar balik tubuhnya kearah tempat tidurnya. Mempehatikan satu per satu barang yang berserakan diatas tempat tidurnya. dia yakin jika semalam dia memasukan obat itu kedalam tasnya. Berjaga-jaga jika sakitnya kembali ia rasakan. tapi sekarang kenapa obat itu tidak ada padahal jelas ia ingat jika obat itu ia masukkan kedalam tasnya.

Soojin menggeleng cepat saat kemungkinan terburuk terjadi. Mata almond itu bergerak gelisah. Bagaimana jika benar obatnya terjatuh. Soojin memutar ingatannya saat semalam ia berada dipesta. Mengingat setiap kejadian apa saja yang ia alami. Bibirnya terbuka tak percaya saat kejadian dimana ia ditarik oleh Sanghyun hingga tasnya terjatuh dengan isi yang berceceran.

Tidak mungkin jika pada saat kejadian itu obatnya terjatuh. Tidak, itu tidak mungkin! tapi mungkin saja mengingat hanya saat itulah tasnya terlepas dari tangannya. Jika itu benar, semoga bukan Sanghyun yang menemukan obatnya. Jangan, jangan sampai pria itu. tuhan, kumohon jangan sampai pria itu yang menemukannya. Batinnya memohon.

Dia belum sanggup untuk kembali bertemu dengan pria itu. mereka baru saja bertemu tapi pria itu sudah mengetahui semua yang terjadi antara dirinya dan Kyuhyun. dirinya belum siap bertemu pria itu kembali.

.

.

Sanghyun menepikan mobilnya dibasemant tempat yang sedari tadi menjadi tujuannya. Dengan langkah besarnya dia masuk melalui pintu samping gedung. Tempat ini memang asing untuknya jarang bahkan bisa dihitung berapa kali ia mengunjungi tempat ini, jika bukan karena hal yang penting seperti kali ini. tujuannya ketempat ini untuk bertemu dengan seseorang yang satu jam lalu ia hubungi.

“Hyun- ah”  Sanghyun menghentikan langkahnya saat seseorang yang berada diujung koridor sana menanggilnya sembari melambaikan tangan kearahnya. Ia mempercepat langkahnya dengan berlari-lari kecil “nuna” panggilnya setibanya dihadapan seseorang yang ia panggil dengan sebutan nuna.

Wanita yang tak lebih tinggi dari Sanghyun itu kian melebarkan senyumnya saat Sanghyun tiba dihadapannya dengan nafas yang sedikit terengah.  “nuna baru kali ini aku yakin jika kau memang seorang dokter” ucap Sanghyun menelisik tampilan wanita dihadapannya itu. rok hitam sebatas lutut dengan kemeja putih yang tertata rapi dilapisi jas putih ciri khas seorang dokter ditambah name tag yang menggantung disisi kiri jasnya. Song Hyera wanita itu hanya mendengus mendengar ejekan yang dilontarkan Sanghyun.

“jika kau kemari hanya untuk mengatakan itu sebaiknya kau pulang. Masih banyak pasien yang harus ku urus” ucapnya dengan nada yang mengusir. Bukan merasa tersinggung Sanghyun semakin lebar tersenyum mendengarnya. Matanya yang sipit kian tenggelam dikarenakan senyumnya yang begitu lebar.

Hyera yang melihat itu tak kuasa ikut tersenyum. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat pria dihadapannya ini tersenyum. “ada apa kemari” tanya Hyera menyadarkan Sanghyun kembali pada tujuan awalnya kerumah sakit ini. tempat dimana Song Hyera wanita yang sebentar lagi akan menikah dengan kakak-nya itu bekerja.

“nuna aku ingin meminta bantuanmu”

“bantuan apa? katakan saja  tidak perlu sungkan” Hyera menyambut dengan serius.

“aku memang tak pernah sungkan padamu” Sanghyun membalas dengan sedikit menggoda.

“aisss jinjja” Hyera tersenyum melihatnya. Tak ada rasa kesal sama sekali meski nada bicaranya menandakan bahwa ia kesal. Sanghyun memang memiliki kepribadian yang menyenangkan bahkan ia merindukan saat-saat seperti ini.

“kali ini aku serius nuna” Sanghyun merubah raut wajahnya jauh lebih serius dari sebelumnya. Hyera juga tak ingin kalah, wanita itu juga serius mendengarkan apa yang ingin Sanghyun bicarakan. Pagi tadi Sanghyun menghubunginya dan menanyakan apa dirinya bekerja hari ini. awalnya ia mengira itu hanya basi-basi namun mendengar pembicaraan yang serius dari pria yang tak pernah serius seperti Sanghyun membuatnya bertanya-tanya sekaligus penasaran.

Sanghyun merogo saku kanan jas yang ia pakai. Mengeluarkan benda kecil yang membuat Hyera mengernyitkan dahinya bingung. “Nuna kau bisa memastikan ini obat apa?” Sanghyun mengacungkan sebotol obat itu pada Hyera. Hyera mengambil benda itu dari tangan Sanghyun. Mengamati obat yang berada didalam botol kecil transparan itu seksama.

Kedua matanya sukses melebar mengenali obat apa yang ada didalam botol itu. Hyera menoleh pada Sanghyun cepat. “Dari mana kau dapat obat ini?” cecarnya cepat. “itu obat milik temanku” Hyera menaikkan sebelah alisnya, masih dengan taapan curiganya pada Sanghyun. “benar ini bukan milikmu?”

Sanghyun menggeleng “tentu, itu bukan milikku”

“sungguh kau tidak berbohong?”

“jika itu  obatku, aku tidak akan mungkin menanyakannya padamu. memangnya itu obat apa?” perasaannya tiba-tiba menjadi resah. Eksperis wajah Hyera yang menatapnya seperti itu membuatnya yakin jika obat itu bukan obat sembarangan.

Hyera menghembuaskan nafas leganya. dia lega karna ini bukanlah obat Sanghyun. “aku perlu memastikannya langsung. Ini bukan obat sembarangan yang bisa siapapun dapatkan” DEG!! Dugaannya benar obat itu obat sembarangan. “aku akan memeriksanya lebih dulu ke laboraturium, kau ingin menunggunya atau

“aku akan tunggu” potong Sanghyun cepat.

Hyera mengangguk mengerti “baiklah, tunggu sebentar” Hyera berjalan melewati Sanghyun, menuju laboraturium rumah sakit. Sanghyun mengikuti kemana Hyera melangkah. Hingga wanita itu hilang dibalik pintu besar yang bertulis ‘laboratorium’. Sanghyun memilih mendudukan tubuhnya dibangku panjang yang terdapat disana.

Pikirannya kembali melayang pada gadis yang kemungkinan besar pemilik  dari obat itu. Han Soojin,  gadis yang selalu memenuhi pikiranannya bahkan sampai saat ini saat dimana dia bertekad untuk melepaskan gadis itu. tapi itu dulu sebelum ia mengetahui semua kebenarannya.

Sanghyun mengepalkan kedua tangannya mengingat bagaimana penderitaan gadis itu selama ini. ini penyesalan pertama yang ia rasakan dalam hidupnya. Ia menyesal melepaskan Soojin ketangan pria tak berhati seperti Kyuhyun. dia bersumpah dia tidak akan pernah melepaskan gadis seperti Soojin kembali ketangan Kyuhyun. tidak selama gadis itu selalu menderita karena pria itu.

Tak butuh waktu lama untuk Hyera memastikan obat itu benar seperti dugaannya atau bukan. Hyera kembali menemui Sanghyun yang menunggunya di depan ruang laboraturium. “Bagaimana nuna? Kau sudah bisa memastikannya?” tanya Sanghyun tak sabaran.

“Tapi benar ini bukan milikmu kan?” Sanghyun mendesah jengah. Ia sudah bosan mendengar pertanyaan itu terlontar dari bibir wanita yang akan menjadi kakak iparnya itu. “Sang Hyun?” Sanghyun mencelos melihat raut wajah khawatir Hyera. Apa obat itu memang berbahaya sehingga Hyera harus menanyakannya berulang kali seperti itu. “Nuna itu bukan milikku. sungguh”

“Kau tau, saat aku melihat obat ini hanya satu hal yang kupikirkan, orang yang mengkonsumsi ini pasti merasakan sakit yang luar biasa” wanita itu berhenti sejenak, mengisi kembali rongga-rongga dada yang harus terisi kembali oleh oksigen. “Orang yang mengkonsumsi obat ini pasti orang yang memiliki penyakit yang berat

“Penyakit yang berat?” Sanghyun menahan nafasnya saat ia tau kemana arah pembicaraan ini.

***

“Ahjussi  tunggu sebentar ne” Soojin keluar dari bangku penumpang. Hal yang jarang ia lakukan membawa mobil berserta supir pribadi. Ini harus ia lakukan mengingat kondisi tubuhnya yang masih lemah.

Sakit dikepalnya memang sedikit berkurang namun tak menutup kemungkinan akan ia rasakan kembali karna itu dia lebih memilih memakai supir yang biasanya ibunya pakai. Soojin kembali menginjakkan kaki kedalam lobi hotel yang semalam menjadi tempat dimana pesta pertunangan Jungsoo dan Hyera dilaksanakan.

Dia berharap ada seseorang baik hati yang menemukan obat itu dan bisa mengembalikan kepadanya. Soojin berjalan menuju kearah penjaga hotel yang berdiri didekat pintu masuk “ada yang bisa saya bantu nona” tanya petugas hotel itu ramah.

ditempat yang sama Sanghyun tersadar saat dirinya tiba disebuah gedung yang tak asing lagi. Ia memperhatikan sekelilingnya. Tersenyum aneh saat dirinya tak tahu alasan apa yang membuatnya kemari. Hotel yang semalam digunakan sebagi tepat bersejarah untuk Hyung-nya.

Setelah pergi meninggalkan rumah sakit itu pikirannya menjadi kian tak menentu. Hanya satu nama yang selalu menjadi pusatfokusnya. Han Soojin. hatinya kembali perih mendengar kemungkinan yang memang mungki Soojin alami. Kemungkinan terburuk yang membuat air matanya mendesak keluar.
 “Hyun- ah aku sudah memastikannya. Ini adalah obat yang akan dikonsumsi oleh penderita kanker” waktu bagai berhenti detik itu juga, nafasnya tercekat membuat posakan udara disekitarnya menipis. Bagia tak ada kehidupan saat kata itu terdengat dipendengarannya. Penyakit seperti apa itu. hanya satu yang terfikirolehnya  pasti itu  penyakit yang mematikan.

“Hyun” Hyera menyentuh lengan Sanghyun mengembalikan pandangan kosong mata Sanghyun kembali tersadar. “Kau yakin nuna?” Hyera menghela nafas beratnya. “Tentu, itu bukan obat yang bisa sembarangan orang konsumsi. Dosis yang terkandung juga tidak sembarangan. obat itu obat penghilang rasa sakit untuk penderita Kanker. Lebih tepatnya kanker sumsum tulang belakang. Biasanya obat itu dikonsumsi jika penderita belum ingin melakukan kemoterapi. Salah satu cara mencegah rasa sakit itu dengan mengkonsumsi obat itu.”

“Kemoterapi?” hanya menyebut kata itu saja membuat hatinya berkedut sakit. “Yah… kemoterapi jalan terakhir untuk mematikan sel kanker”

 

Sanghyun memundurkan mobilnya, berbalik arah meninggalkan hotel itu. namun gerakannya terhenti saat punggung seorang wanita terlihat oleh ekor matanya. Matanya menyipit tajam, menajamkan penglihatannya jika dia tidak salah lihat. Sanghyun melajukan molbilnya mendekat setelah memastikan itu punggung wanita yang dia kenal.

Sanghyun memutuskan untuk keluar dari mbilnya. Samar-samar ia mendengar percakapan yang terjadi antara Soojin dengan salah satu penjaga hotel.

“Begini, semalam ada pesta pertuangan di aula hotel ini. Apa ada seseorang yang menemukan sebotol obat?” tanya Soojin penuh Harap. “Obat?” tanya petugas itu bingung. “Iya obat, semalam sepertinya saya menjatuhkan obat dilobi ini, apa seseorang ada yang menemukannya”

“Tunggu sebentar biar saya tanya pada yang lain, mungkin mereka menemukan apa yanga anda cari nona” Security itu pergi menemui teman-teman satu profesinya yang lain.

Sanghyun berdiri beberapa langkah dibelakang Soojin. matanya tak lepas sedikitpun dari gadis yang masih setia memunggunginya itu. semua gerak gerik gadis itu tak ada yang terlewatkan sedikitpun. Saat gadis itu memperhatikan sekitarnya namun sama sekali tak menyadari keberadaannya. tak berapa lama pertugas ramah itu kembali menemui Soojin. “bagaimana apa ada yang menemukannya” pria bertubuh besar itu menggeleng lemah “maaf nona tapi kami tidak menemukan apa yang  anda cari” ucap petugas itu menyesal.

Soojin menunduk sedih. Sesekali matanya melirik setiap sudut yang mungkin saja disana ada obat yang ia cari. “Baiklah kalau begitu terima kasih, maaf merepotkan” Soojin menundukkan kepalanya sesaat sebelum berbalik. Baru kakinya akan melangkah, sebuah bayangan dhadapannya membuat Soojin meghentikan langkahnya. Mengangkat kepalanya yang ia tundukkan. “Oppa” Sanghyun menatap wajah yang terkejut itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sanghyun mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. “Ini yang kau cari?” ucapnya dengan penekanan disetiap kata. Mata Soojin sontak melebar. Ia kembali menatap Sanghyun antara tidak percaya dan juga khawatir. Soojin merebut paksa obat itu dari tangan Sanghyun. Setelah mendapatkan apa yang dia cari Soojin bergegas pergi.

“Kau harus menjelaskannya dulu padaku!” langkahnya terhenti seiring dengan cekalan ditangannya. “Tidak ada yang perlu kujelaskan” Untuk pertama kalinya tak ada nada kata lembuat saat Sanghyun menarik paksa tangan Soojin kearah dimana mobil miliknya berada.

“Oppa lepas” Soojin terus memberontak, sesekali ia meringis perih karena Sanghyun mecekal tangannya dengan begitu erat. Sanghyun mendorong Soojin masuk kedalam mobil miliknya. Soojin terdiam diperlakukan seperti itu. Sanghyun yang dia kenal bukan pria kasar yang akan menyakitinya. Meski itu hanya seujung rambut. Tapi kali ini pria lembut itu berubah mengerikan. Tatapan itu begitu dingin dan tajam.

Sanghyun melajukan mobilnya tanpa mengidahkan ringisan Soojin yang mengeluh sakit ditangannya. Soojin duduk diam tanpa membuka suara sama sekali. Nyalinya menciut saat melihat betapa mengerikannya Sanghyun saat ini.

Soojin memperhatikan jalan yang saat ini mereka lalui. Sepertinya ia tau Sanghyun akan membawanya kemana.

.

.

Taman yang terdapat dibelakang sekolah mereka dulu, Tempat itulah yang mereka datangi saat ini. tempat favorite mereka duduk dibangku panjang dengan dilindungi ranting-ranting maple diatasnya. Dulu saat rasa bosan meyerang salah satu diantara mereka, keduanya akan menghabisakn waktu bersantai ditempat itu. tak jarang keduanya menghabiskan waktu hanya dengan menikmati pemandangan sekitar.

Tapi saat ini keadaan jauh berbeda. Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun tak bertemu keduanya kembali datang kemari. Bukan untuk menghabiskan waktu luang bersama dengan suarasana yang hangat.  tapi untuk membicarakan sesuatu yang membuat Soojin merasa gelisah memikirkannya.

Dedaunan telah banyak runtu hanya meninggalkan ranting tanpa ada daun sedikitpun. Musim gugur hampir berakhir itu tandanya dia harus menunggu tahun depan untuk kembali melihat maple yang berguguran dari rantingnya.

Satu tahun bukankah itu waktu yang sangat lama? entah ia bisa melihatnya di tahun yang akan datang atau mungkin ini musim gugur terakhir untuknya. Soojin mengekor dibelakang Sanghyun. Pria itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Mendiaminya sepanjang perjalanan hingga sekarang.

“Kenapa membawaku kemari?” Sanghyun melirik Soojin yang baru saja mendudukan tubuhnya disamping dirinya. “Obat apa itu?” tanyanya tanpa berbasa-basi. 

Soojin menghela nafas beratnya. sedikit bisa menebak kemana arah pembicaraan pria itu. berbohong! Hanya itu yang isa dia lakukan sekarang.“Ini bukan obat tapi ini vitamin” elaknya. 

Sanghyun tersenyum meremahkan. “Vitamin? Jika itu hanya vitamin untuk apa susah-susah mencarinya. Kau bisa membelinya lagi!” Soojin menggeser duduknya semakin menjauh saat suara Sanghyun  meninggi. “Kau tidak ingin jujur padaku?”  kali ini suara paraulah yan terdengar.

Soojin tertegun saat mata mereka bertemu pandang. Sanghyun menatapnya dengan sendu, khawatir, terluka banyak hal yang ia rasakan saat melihat mata hitam gelap itu. “Soo- ah berbagilah denganku, aku bisa membantumu mengurangi semua bebanmu” Soojin menatap Sanghyun tanpa berkedip. Hatinya menghangat hanya dengan mendengar perkataan pria itu. “Oppa…”

“Berbagilah apapun yang kau rasakan. Aku kembali untukmu Soo- ah” Soojin menggigit bibir bawahnya menahan tangis. “Jangan menggigitnya, kau boleh menangis. Meminjam bahuku juga tak apa” seperti apa yang dikatakan Sanghyun, tak ada yang dapat menghembat lajunya cairan bening itu untuk keluar. Bagai bunga yang selalu ditopang tangkainya. Begitulah menggambarkan Soojin kini, seperti mendapat sandarannya kembali.

Sanghyun memajukan tubuhnya menjangkau Soojin. membawa gadis itu kedalam pelukan hangatnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. membuat gadis yang dicintainya merasa tenang dan nyaman. Jangan pernah merasa sendiri Soo- ah karna aku selalu ada untukmu sekalipun aku tak ada didekatmu.

“Kau ingin bercerita padaku?” masih dengan posisi memeluk Soojin. Sanghyun menyandarkan kepalanya dikepala gadis itu. Soojin menggeleng pelan. “aku akan dengan senang hati jika kau ingin berbagi?” Sanghyun masih menanti ketebukaan dari Soojin. dia tidak ingin memaksa gadis itu, yang dia inginkan gadis itu bercerita dengan sendirinya, bukan beban yang Sanghyun tawarkan namun kenyamananlah yang dia berikan.

Merasa tak mendapat jawaban Sanghyun kembali membuka suara. “Maaf atas kelancanganku. Aku sudah tahu itu obat apa. Aku mohon jangan borbohong lagi padaku” Soojin menegang didalam pelukan Sanghyun. Pria itu semkain mengertakan pelukannya. Soojin melepas pelukan itu dengan paksa.

“Apa maksudmu?” tanyanya sembari menatap tajam manik mata Sanghyun. Pria itu tak bergeming sama sekali. Sekalipun Soojin menatapanya dengan tajam. Tatapan yang pernah seklaipun gadis itu berikan untuknya. “Aku meminta bantuan Hyera nuna untuk memastikan obat itu” Soojin tersenyum sinis mendengarnya.

“Kau keterlaluan Park Sanghyun!” genangan air mata mengaburkan pandangn Soojin. tak cukupkan pria itu melihat semua keterpurukannya, kenapa harus kesedihan hidupnya bertambah dimata pria itu. jadi ini arti tatapan sendu dan terluka Sanghyun. Ia benci ditatap seperti itu. dia benci menjadi lemah dihadapan orang lain.

Soojin bangkit dari duduknya, tanpa aba-aba meninggalkan Sanghyun begitu saja. Grep!! Langkahnya terhenti saat sebuah lengan melingkat dipundaknya. Deru nafas seseorang yang kini tengah memeluknya bisa ia rasakan. tidak perlu menebak siapa orang yang memeluknya dari belakang, karna dia tau hanya ada satu pria yang berada didekatnya.

“Maaf” suara terdengar lirih. “Maaf Soo- ah” Soojin masih tak bergeming diposisinya. Membiarkan air mataya turuk kembali membanjiri pipi pucat miliknya. Soojin tertegun saat tetasan air membasahi bahunya. Meski tak secara langsung merasa air itu jatuh karna terhalang oleh baju yang menutupi pundaknya.

“Lepas!” ujar Soojin tegas dan dingin. Bukan melepaskan pelukan itu sanghyun semakin mengeratkan pelukannya. “Tidak!” ucapnya bersikeras. “Apa yang kau harapakan dari gadis sepertiku? Sekarang aku tidak lebih dari gadis penyakitan” Soojin tersenyum pahit. Dirinya yang sekarang tak lebih dari gadis penyakitan yang akan menjadi beban untuk siapapun. Karna itu dia tidak ingin menjadi beban terlebih pria itu sebaik Sanghyun.

“Kau bahkan tahu bagaimana perasaanku yang sesungguhnya padamu” Soojin melirik Sanghyun yang mengucapkan kata itu dengan lirih. Dia tahu bagaimana perasaan pria itu terhadapnya. Hyesoo selalu mengatakan perasaan pria itu padanya. Hanya saja dia selalu menganggap rasa yang pria itu rasakan terhadapnya tak lebih dari rasa sayang kepada sahabat. Dia tidak bermaksud mengabaikan perasaan Sanghyun, dia takut persahabatan yang terjalin begitu erat harus putus hanya karna perasaan cinta yang salah satu dari mereka rasakan.

“Aku tidak pantas untukmu oppa

Sanghyun membalikkan paksa tubuhn Soojin menghadapnya. “siapa yang mengatakan  kau tidak pantas untukku. Kau tau berapa lama aku menghabiskan waktu hanya untuk mengatakan semua ini” Soojin menatap tepat dimanik mata Sanghyun. Pria itu bekata jujur.

Dia tau sanghyun menyayanginya dengan tulus. Ketulusan itulah yang membuat kesedihannya sedikit berkurang. Setidaknya masih ada Sanghyun yang memberikan ketulusan itu. namun ketulusan itu pula yang memuatnya merasa tak pantas. Dia terlalu kejam, saat dia merasa kesulitan Sanghyun selalu ada untuknya. tapi dirinya bahkan tidak tau apa yang Sanghyun alami dan rasakan selama ini.

“Aku tetap tidak bisa oppa. Kau terlalu baik untukku” Soojin menurunkan kedua tangan Sanghyun yang memegangi kedua lengannya.  menundukkan kepalanya memutus kontak matanya dengan Sanghyun.

“Kenapa disaat seperti ini kau masih keras kepala” Sanghyun memukul kepala Soojin. pukulan itu kuat bahkan tak membuat Soojin mengeluh sakit.

“kau akan menyesal jika terus berada disisiku”

“kau bodoh atau apa, aku akan menyesal jika aku tak berada disisimu”

Sanghyun kembali membawa Soojin kedalam dekadapnnya. Tak ada hal yang paling membuatnya bersyukur selain bisa melihat gadisitu dalam keadaan baik-baik saja.

“izinkan aku berada disisimu, setidaknya sampai kau sembuh Soo-ah”

Soojin masih diam tak menyahut. Yang dia lakukan hanya mendengarkan apa yang pria itu katakan. “Kenapa oppa? Kenapa kau melakukan semua ini”

“karna aku ingin kau sembuh. kau harus sembuh Soo-ah” Soojin dak dapat menyembunyikan isakannya saat kalimat penuh makna itu diucapkan oleh pria itu dengan sungguh-sungguh. “aku akan membuatmu sembuh, tidak peduli dengan apapun caranya” Sanghyun sudah bertekad apapun akan dia lakukan untuk membuat gadis itu sembuh. apapun itu asalkan gadis itu selalu dalam keadaan baik.

“ya, aku ingin sembuh. Aku harus sembuh”

Untuk pertama kalinya Soojin membalas pelukan Sanghyun. Memeluk balik pria tinggi dihadapannya itu. menumpakan semua air mata dibahu pria itu. tak ada lagi kesendirian karna pria itu selalu ada untuknya.

Didalam hati gadis itu berterima kasih kepada tuhan. Saat semua orang yang berada disisinya menghianatinya disaat itu pula tuhan mengirimkan seseorang yang tulus padanya. Tuhan terima kasih karna kau mempertemukan aku dengan seseorang seperti Hyun oppa. Terima kasih kasih untuk semua kebaikan hatimu tuhan. Hyun oppa kau tau saat ini bertambah satu lagi alasanku ingin sembuh. selain diriku sendiri kau yang menjadi alasanku untuk sembuh.

 

***

@Cho’s House

Kyuyun mengeliat dalam tidurnya. matanya menyipit saat teriknya cahaya matahari menembus retina matanya. Kyuhyun meringis saat denyutan sakit menghantam kepalanya tiba-tiba. Dia  menyingkirkan gulungan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Perutnya bergejolak. Seperti ada sesuatu yang ingin keluar.

Kaki panjangnya melangkah cepat kedalam ruangan yang terdapat didalam kamar tidur besar miliknya ini. “hoekkk” Kyuhyun menunduk kearah wastafel memuntahkan semua yang ada didalam perutnya. Rasa mual itu semakin menjadi ditambah denyutan dikepalanya  yang semakin menyakitkan.

“kyu- ah gwaenchana?” teriakan nyaring yang berasal dari arah pintu kamar mandi membuat kyuhyun mendongakkan kepalanya. Melihat seseorang yang berjalan menghampirinya melalui pantulan cermin yang berada dihadapannya.

“nuna kau kenapa bisa disisni” tanya Kyuhyun bingung melihat kakak perempuan-nya yang tiba-tiba berada dikamarnya. Ahra tak memperdulikan ucapan adiknya, dia berjalan mendekat membantu Kyuhyun berjalan kembali menuju tempat tidurnya.

Kyuhyun memperlambat langkahnya saat sadar tempat yang sekarang dia pijak ini bukan kamarnya yang ada di Apartment-nya. melainkan ini kamarnya yang ada dirumahnya. Kyuhyun menoleh kesamping, dimana Ahra yang sedang membantunya berjalan.

Kyuhyun menyandarkankan punggungnya kesandaran ranjang. “ini minumlah. Aku membuatkanmu madu agar mual dan pusingnya berkurang” Ahra menyerahkan secangkir madu hangat yang sudah dia buat untuk Kyuhyun. Ahra duduk dipinggiran ranjang, memperhatikan Kyuhyun yang tengah meneguk habis madua yang ia buat.

Ahra mengambil cangkir yang telah kosong dari tangan Kyuhyun. “istirahatlah, kau harus banyak istirahat. Lihatlah tubuhmu semakin kurus. Jangan lupakan lingkaran yang sudah menghitam dibawah matamu itu”

Ahra menatap sendu adiknya. Jarang sekali Ahra melihat Kyuhyun dalam keadaan seperti ini. biasanya Kyuhyun akan seperti ini jika ia sedang mendapat kesulitan. sesulit apapun masalah yang adiknya itu hadapai Kyuhyun pasti bisa dengan baik menyelesaikannya. Tapi melihat keadaannya seperti ini Ahra yakin masalah itu pasti sangat berat.

“nuna kenapa aku bisa disini?”

Ahra menghela nafas panjangnya “kau mabuk bodoh. kau ingin mati dengan menegak semua minuman itu” suaranya tanpa sadar meninggi. Mengingat kejadian dimana saat seseorang menghubunginya dan memberitahu jika Kyuhyun mabuk hingga tak sadarkan diri. Ahra meringis saat menemukan Kyuhyun tergeletak lemas diatas meja bar dengan banyak botol minuman ber-alkohol yang sudah Kyuhyun habiskan.

Sementara Kyuhyun kembali menerawang kejadian yang membuatnya seperti ini. dia ingat saat pulang dari pesta Jungsoo entah setan apa yang membawa keclub malam itu. pikirannya kacau terutama percakapan yang terjadi antara dirinya dan Sanghyun membuat dia ingin sekali meneguk semua minuman itu sebagia pelampiasan atas kekesalannya.

Dia tidak ingat berapa botol yang diahabiskan. Yang dia ingat hanya dentuman musik  yang memekakkan telinganya membuat kesadarannya semakin menurun hingga semuanya gelap dan saat dia bangun disinilah dia berada. Dikamar yang sudah lama tidak ia tempati.

“kyu- ah kau ada masalah?” pertayaan Ahra membuat Kyuhyun tersadar dari lamunannya.

“tidak” jawabnya cepat sembari menghindari tatapan Ahra.

“tidak ingin bercerita padaku” Ahar tahu adiknya ini sedang berbohong. Kyuhyun akan selalu menghindari kontak mata dengannya jika apa yang diucapkan Kyuhyun adalah sebuah kebohongan.

“aku lelah aku ingin tidur” Kyuhyun merebahkan tubuhnya kembali. menyampingkan tubuhnya membelakangi Ahra.

“apa ini ada hubungannya dengan Soojin” tepat! tebakan Ahra selalu tepat. tak pernah meleset jika sudah berhubungan dengan Soojin.  dilihat dari reaksi tubuh Kyuhyun yang menegang. sebenarnya dia tidak tau masalah apa yang tengah adiknya alami. Namun firasatnya mengatakan jika ini berhubungan dengan Soojin.

Dia bertambah yakin dengan fakta yang semalam dia ketahui. Kyuhyun dan Soojin terlihat menjaga jarak. Dia juga melihat bagaimaan Kyuhyun yang menarik paksa Soojin hingga kedua-nya hilang dibalik koridor sepi. Terakhir kali dia melihat Kyuhyun sekacau ini saat ibu mereka meninggal tujuh belas tahun yang lalu. gadis itu memang sangat berpengaruh untuknya. batin Ahra.

“bicarakan semuanya dengan baik-baik Kyu-ah, bukan dengan melampiaskannya pada alkohol” ahra menepuk lembuat lengan Kyuhyun, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Kyuhyun yang memang membutuhkan waktu untuk berfikir.

 

@Han’s Home

Ruang gelap dengan udara pengap. Kata yang cocok untuk mendeskripsikan tempat dimana Heesun berpijak kini. ruang bawah tanah yang berada dibelakang rumah mereka. tempat ini digunakan untuk menyimpan semua barang-barang tak tak terpakai lagi.

Heesun berjalan menuruni gundukan anak tangga. tangannya meraba dinding sekitar, mencari saklar lampu untuk menerangi ruangan pengap ini. Heesun menyipitkan matanya saat cahaya terang lampu membuat matanya silau. Mengibaskan sebelah tangannya saat debu-debu kecil berterbangan membuat pernafasannya tergangu. Sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk menutup hidung dan mulutnya agar tak membuat debu itu masuk kedalm pernafasannya.

Kakinya melangkah kesudut ruangan. Tidak ada yang tau jika digudang ini tersimpan ruangan rahasia lainnya. Heesun menarik kain putih yang sudah berubah warna menjadi kusam itu. “uhuk uhuk” Heesun mengingkirkan kain itu kesembarang tempat.

Menatap sebauh pintu yang selama ini tersembunyi dibalik tumpukan barang dan juga kain putih kusam itu. ia menyingkirkan beberap barang yang menjadi penghalang  menuju pintu itu. pintu yang tak kalah usang itu masih terlihat kuat. ‘krekk’ tangannya memegang knop pintu membuka pintu itu dengan perlahan.

Kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman saat ruangan yang sudah lama tak ia kunjungi itu kembali dapat ia kunjungi bahkan jarang sekali ia kunjungin. Saat rasa rindu melandanya tempat inilah yang menjadi tempat melepas rindu dengan pria itu. Tak ada yang berubah karna memang tak ada yang pernah masuk keruangan ini selain dirinya.

Pemandangan yang sangat berbeda jauh. Jika ditempat sebelumnya terlihat pengap dan tak terurus maka diruang ini semua tertata rapi tak ada bau pengap sama sekali karna ventilasi udara terdapat banyak diruangan kecil ini.

Kakinya melagkah menuju ketengah ruangan. Membuka kain putih yang menutupi sesuatu dibaliknya. Dia tersenyum melihat kembali figura yang terdapat disebuah kanvas itu. ini ruangan tersembunyi yang memang dia buat khusus untuk menyimpan semua lukisan yang Jay lukis sendiri dengan tangannya.

Jay memang bukan seorang pelukis, dia melukis karena di suka melakukannya. Banyak hal yang Jay lukis saat mereka tinggal bersama. Dan semua itu Heesun simpan dengan baik. semua peninggalan pria itu dia rawat dengan sepenuh hati.

Heesun kembali tersenyum melihat lukisan yang ada dihadapannya. Ini lukisan yang Jay buat untuk terakhir kalinya. Saat itu Heesun memberi tahu Jay jika dirinya tengah mengandung buah cinta mereka tak diduga Jay menggambar figura bayi mungil yang sangat cantik.

Entah ini sebuah kebetulah atau menang sudah kehendak Tuhan, Heesun melahirkan bayi perempuan yang sama cantiknya dengan bayi yang ada didalam lukisan itu.

“apa yang kau lukis Jay” wanita itu sedari tadi memperhatikan apa yang pria disampingnya itu lukis. Merasa tak bisa menebak, dia memberanikan diri membuka suara bertanya apa yang akan pria itu lukis.

“hanya melukis apa yang ada  dikepalaku” jawabnya tak acuh.

“baiklah jika begitu aku merubah pertanyaanku. Apa yang ada dikepalamu?”

Priaitu terkekeh. Wajah pucatnya perlahan kembali berseri. Entah apa yang difikirkan pria itu hingga membuat wajah pucat itu seperti menemukan kembali titik tertinggi hidupnya.

“bayi?” tanya wanita itu saat gambar itu sudah semakin terlihat jelas.

Pria itu mengangguk. Tersenyum senang saat lukisan itu telah jadi seutuhnya.

“dia sangat cantik” ucap Heesun melihat gambar itu. hatinya tiba-tiba menghangat melihat gambar itu. tanpa sadar Heesun mengelus perut yang masih rata itu. “kau melukis bayi perempuan?” tanyanya menoleh pada Jay yang ternyata tengah memandanginya dengan senyum khas pria itu.

Jay mengangguk “ya. Aku harap jika bayi kita perempuan dia secantik dilukisan itu” Jay mengulurkan tangannya mengelus perut Heesun dengan lembut. “dia pasti akan cantik seperti ibunya”

Heesun kembali tersenyum mendengarnya. “kenapa kau melukis bayi perempuan? bagaiman jika bayi kita laki-laki” Jay menyadarkan punggunya pada punggung kursi roda. Saat ini mereka tengah berada dirumah sakit. seperti biasa kemoterapi selalu menunggunya. Jika dia bosan hanya melukis yang bisa dia lakukan. Seperti saat ini, saat beberapa waktu lalu, saat Heesun mengatakan padanya jika didalam perut wanita itu ada benih yang tumbuh didalm sana.

“bukankah sudah kukatakan jika aku melukis apa yang ada dikepalaku saja. aku juga tidak tau mengapa bayi perempuan yang muncul dibenakku”

Keduanya larut dalam pikiran masing-masing, mentap objek yang sama dihadapan mereka. lukisan bayi perempuan yang sedang tertidur. Wajah damai dengan kulit putih dan juga semburat merah dipipinya. Bibir yang indah dengan warna merah muda yang menggoda.

Genangan air mata itu menumpuk dipelupuk mata Heesun. inilah alasan mengapa dia jarang mengunjungi tempat ini. ia akan kembali menangis jika mengingat semua kenangan dirinya dan juga Jay. Heesun beralih kesudut ruangan disana banyak berjejer lukisan yang semuanya tertutupi kain putih.

Heesun bergerak kepojok ruangan. Menyingkirkan beberapa lukisan yang bertumpuk untuk mengambil satu lukisan. ia membuka kain kusam itu. ternyum miris saat lukisan itu menapilkan wajah dengan senyum yang memancarkan kebahagian itu.

Didalam lukisan itu terdapat lukisan dirinya. Yang membuat kedutan perih didadanya disana dia tengah tersenyum dan memakai sebuah gaun putih indah dengan sebuket bunga ditangannya.

“sun- ah aku punya sesuatu untukmu” Jay meyerahkan lukisan besar yang masih terbungkus rapi kertas coklat muda itu. “semoga kau suka” tambahnya.

Heesun merobek dengan tak sabar kertas yang membukus lukisan indah itu. Heesun tertegun saat melihat siapa sosok yang ada didalamlukisan itu. “kau suka”

Heesun menoleh kearah sumber suara “ya, aku terlihta cantik disini” ucapnya tulus namun nada lirih itu dak bisa ia tutupi. “kenapa hanya ada aku dilukisan ini”

Jay tersenyum. Mengambil lukisan itu dari tangan Heesun dan meletakkannya diatas sofa yang ada disampingnya. “jika tuhan memberiku umur yang panjang maka aku akan melukis diriku sendiri disampingmu, tapi jika tidak maka

“jay cukup” bibirnya bergetar. hatinya remuk saat kemungkinan terburuklah yang akan dia dapatkan.

“kau tahukan penyakit seperti apa yang aku derita? Saat ini aku menang masih bisa berjalan dengan kedua kakiku sendiri. tapi, aku tak menjamin jika besok mungkin besoknya lagi aku masih bisa berjalan dengan kedua kakiku ini”

“aku bilang cukup”

“aku tak bisa menjanjikan diriku selalu berada disisimu Sun-ah, tapi percayalah” Jay menggenggam erat kedua tangan Heesun. mencoba menenangkan wanitanya yang sudah mulai terisak “percayalah jika aku selalu mencintaimu” 

Heesun membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Kakinya tak mampu menopang berat tubhnya. Ia terduduk dengan tangan yang meremas dadanya. Perih! Saat ini dadanya perih. “jay aku membutuhkanmu” suara lirihnya terdengar menyayat hati. Heesun semakin erat meremas dadanya.

Kali ini bukan suara isakan tertahan yang terdengar lirih itu, sebuah tangisan yang selama ini ia tahan pecah bersama setumpuk rasa bersalah didadanya. “Aku membutuhkanmu…” rasa bersalah kian membuat dadanya sesak. Sekelebat bayangan Soojin melintas dibenaknya.

Saat hatinya jelas-jelas hancur Soojin masih bisa tersenyum untuknya. saat putinya yang paling menderita bibir itu masih bisa mengatakan jika dia baik-baik saja. saat seharusnya putrinya mengatakan dia menbencinya tapi lagi-lagi bibir itu jika dia menyayanginya. Heeusn terisak dengan rasa bersalah yang kian mencekik lehernya. Ibu macam apa dia? Apa ada ibu sejahat dia? Tidak hanya dia ibu yang paling jahat didunia ini.

“Jay apa yang harus kulakukan? Aku melukai putri kita dengan begitu dalam” penyesalan selalu dirasakan diakhir cerita, hanya penyesalan dan kata maaf. Namun semua percuma karna penyesalan tak mampu mengembalikan semua seperti semula. kata maaf akan akan cukup mengobati semua goresan luka yang telah tergores dihati seseorang. waktu bisa menyembuhkan semuanya namun waktu tak akan menjamin luka itu cepat mengering.

 

***

 

“Yeonngie sebaiknya kau duduk saja, aku pusing melihatmu seperti itu” Joonmyun menggerutu. Sejak tadi gadisnya itu berjalan mondar-mandir dengan mulut yang berkomat-kamit. Entah apa yang bicarakan gadis itu. sesekali gadis itu berteriak kesal tanpa sebab. Membuatnya terlonjak kaget dengan jantung yang berdegup kencang. Jika Hyesoo seperti itu terus dia yakin dirinya bisa terkena stoke mendadak diusianya yang sangat muda hanya karna teriakan melingking dari mulut Hyesoo.

Hyesoo menghempaskan tubuhnya diatas sofa ruang tengah, sedangkan Joonmyun duduk diatas lantai yang tertutupi karpet caklat tua dibawahnya. “oppa lebih baik kau membantuku dari pada berdiam diri seperti orang bodoh”  Hyessoo mengataknnya hanya dengan satu tarikan nafas. Moodnya benar-benar hancur sekarang.

Soojin masih marah padanya. Tentu saja gadis itu pasti sangat marah padanya. Bahkan hingga sekarang Soojin tak mau mengangkat telefon darinya. “siapa bilang kau berdiam diri. Aku terus berusaha menghubungi Kyuhyun Hyung” Joonmyun tidak sadar bahwa ucapannya barusan membangunkan macan yang sudah setengah bangun itu.

BUGH! Hyesoo melepar bantal kecil yang ada disofa tepat mengenai kepala laki-laki berhati malaikat itu. Joonmyun menatap garang Hyesoo “Apa yang kau lakukan?” tatapannya meredup saat Hyesoo lebih garang lagi menatapnya seolah-olah ingin merebusnya hidup-hidup “SUDAH KUKATAKAN JANGAN MENYEBUT NAMA SIALAN ITU LAGI” BUGH!! Hyesoo kembali melemar satu buah bantal yang kali ini berhasil Joonmyun tangkap tanpa mengenai tubunya lagi.

Joonmyun berdiam diri tak membuka mulutnya lagi. Kesalahan fatal yang ia lakukan tanpa sadar menyebut nama Kyuhyun dihadapan Hyesoo. Gadis itu sangat sensitif hanya mendengar nama Kyuhyun saja membuat emosinya bisa meluap-luap. Beruntung hanya banta lyang gadis itu lempar jika yang lainnya. Ia tidak menjamin tubuhnya masih seutuh sekarang.

“ini semua karenamu oppa. jika bukan karna kau yang memaksa, aku tidak akan bercerita padamu. Soojin juga tidak perlu mendengar ini semua” Hyesoo memaki-maki joonmyun dengan menghentak-hentakkan kakikanya kesal.

Joonmyun menghela nafas panjangnya. Telinganya sudah kebal mendengar ucapan itu. dari tadi malam Hyeoo selalu mengatakan hal itu padanya. “kau sudah menghubungi Sanghyun? Siapa tahu Soojin bersamanya” kali ini Joonmyun memberikan solusi.

“ahh kau benar” Hyesoo memberingsut turun duduk diatas lantai sama seperti yang Joonmyun lakukan. meyandarkan punggungnya dikaki sofa. Nada panggilan tersambung terdengar tak berapa lama suara khas pra itu menyapanya.

“hyun oppa apa Soojin bersamamu?” tanyanya to the point. Joonmyun menggeleng melihat sikap gadisnya itu. ck! Song Hyesoo sigadis keras kepala dengan sopan satun yang buruk.

“……….”

“oppa apa dia baik-baik saja”

“……….”

“oppa?”

“…….”

“kenapakau mala diam, aku bertaya apa dia baik-baik saja”

“……..”

“baiklah aku mengerti”

“……..”

“ne”

Hyesoo menunduk lesu memutuskan sambungannya. “ada apa? Soojin baik-baik sajakan” tanya Joonmyun sedikit khawatir melihat raut wajah lesu Hyesoo.

“dia baik-baik saja”

“kenapa ekspresimu seperti itu? Soojin kan baik-baik saja”

“tapi tetap saja ku menghawatrikannya”

“apa yang Sanghyun katakan?” tanyanya yang tiba-tiba dirundung rasa penasaran.

“Hyun oppa mengatakan jika Soojin hanya butuh waktu untuk berfikir dan aku tidak perlu mengkhawatirkannya karena dia baik-baik saja”

Joonmyun hanya mengangguk menanggapinya.

.

.

Ditempat lain sesaat setelah memutuskan panggilan dari Hyesoo, Sanghyun mencari sebuah nama dikontaknya. Setelah menemukannya dia menggeser tombol hijau menunggu seseorang mengangkat panggilan darinya.

“nuna apa kau sibuk?”

“……..”

“kita bisa bertemu?”

“……..”

“aku akan menunggumu ditempat biasa, dicafe didekat rumah sakit”

“……..”

“ne”

Sanghyun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mebela kota Seoul dengan langit yang telah berubah warna menjadi orange. Menandakan matahari yang sebentar lagi tenggelam tergantikan cahaya bulan.

Hanya buruh waktu 25 menit untuknya sampai ketempat tujuan. Sanghyun berjalan cepat masuk kedalam seuah coffee shop tempat dimana seseorang telah menunggunya untuk bertemu. Sanghyun mengendarkan pandangannya. Tatapannya berhenti pada sebuah punggung yang duduk membelakaginya. Berjalan cepat menghapiri oarang yang telah menunggunya itu.

“nuna”

wanita yang dipanggil nuna itu berbalik menghadapnya “eoh, kau sudah datang”

“maaf membuatmu menunggu lama”

wanita dihadapannya itu mengibaskan tangannya. “ada apa hyun-ah?”

Sanghyun menghela nafas beratnya. menatap wanita yang tak lain adalah Hyera itu dalam. “nuna kau tau penyakit seperti apa leukimia itu”

Hyera tak begit terkejut mendengat pertanyaan yang Sanghyun tanyakan. Pasalnya ia yakin priaitu pasti akan kembali bertanya padanya. “leukimia atau kanker darah biasanya menyerang sumsum tulang belakang. banyak sekali penyebab yang bisa membuat sel kanker itu berkembang. Salah satu yang harus kau waspadai ialah keturunan”

“maksudmu keturunan?” Tiba-tiba dia teringat dulu Soojin mengatakan jika daddy-nya pergi karna sebuah penyakit.

“itu satu-satu kanker yang disebabkan karena keturunan. Biasanya hubungan darah sangat erat kaitannya dengan penyakit ini”

“apa penyakit ini bisa disembuhkan?”

“tentu saja bisa” Sanghyun sedikit bernafas lega mendengarya. “ada banyak yang bisa kita lakukan yang paling efektif dengan resiko yang tidak terlalu besar adalah dengan cara transplantasi sumsum tulang belakang. Biasanya sumsum yang paling cocok untuk pencangkokan didapatkan dari keluarga inti. Ayah, ibu dan saudara kandung” ucapannya terhenti, Hyera menarik nafas sejenak.

“kecocokan yang paling besar terdapat disaudaran kandung kococokan bisa mencapai 99% dengan resiko gagal pencangkokan sangat kecil. Sedangkan untuk ayah dan ibunya hanya memiliki kemungkinan 50% kecocokannya”

Bagai ada hantaman keras yang menghantam dadanya, Sanghyun merasakan perih didadanya. Soojin hanya memiliki ibu. Itu tandanya hanya kemungkinan 50% kecocokan sumsum tulang belakang mereka. hatinya tersentuh memikirkan gadis itu harus memikul beban berat hanya seorang diri. “Jika kemungkinan kecocokan sumsum tulang belakang hanya 50% apa ada kemungkinan pencangkokan itu berhasil?”

“tentu saja ada. Namun  kembali lagi kecilnya kadar kecocokan membuat peluang kegagalan semakin besar. Kita tidak bisa menebak apa setelah ditransplantasi tubuh pasien bisa menerima sumsum baru itu atau tidak. jika bisa itu akan berdampak baik. jika tidak itu tandanya pencangkokan itu gagal”

“jika pencangkokan itu gagal apa yang akan terjadi?” Sanghyun meremas kedua tangannya gelisah. Mendengar kata kegagalan membuatnya takut, takut jika gadis itu dalam bahaya. Hyera menghela nafas panjangnya. “jika gagal, sumsum yang baru bisa mengakibatkan infeksi pada tubuh itu tandanya pasien dalam keadaan bahaya”

“apa tidak ada cara lain nuna” Sanghyun mengusap wajahnya frustasi. Wajah sendu gadis itu selalu terbayang dibenaknya. Membuatnya tak akan mampu membiarkan gadis itu berada dalam bahaya.

“ada satu cara lagi”

“apa?”

“Mencari pendonor yang memiliki sumsum tulang belakang yang cocok dengan pasien. Tapi ini tak semudah yang kau bayangkan. Akan membutuhkan waktu yang lama jika menunggu pendonor”

“aku tidak peduli jika itu cara yang mampu membuatnya bertahan, akan aku lakukan apapun caranya”

“Hyun-ah” Hyera menggenggam lembut tangan Sanghyun. Membuat pria itu mendongak membalas tatapannya. “apa seseorang itu sangat berati untukmu” rasa penasaran yang tak bisa ia bendung membuat Hyera menanyakan lngsung pertanyaan yang sedari tadi membuat mulutnya gatal.

“dia sangat berarti untukku. Lebih dari diriku sendiri”

Hyera tertegun melihat pancaran luka dari sorot mata Sanghyun. Hyera dapat merasa jika seseorang itu pasti sangat berarti mungkin seseorang yang mengisi hati pria itu. “kau mencintainya?”

“lebih dari diriku sendiri”jawabnya mantap. Terlihat pancaran cinta yang begitu dalam saat pria mengatakannya. “nuna kau bisa membantuku lagi?”

Hyera tersenyum “tentu”

“nuna kau bisa membantuku merawat dia hingga dia sembuh?. berikan yang terbaik untuknya” Sanghyun yakin Hyera bisa membantunya. Memberikan yang terbaik untuk Soojin karena Hyera juga meyayangi Soojin sama seperti Hyera meyayangi Hyesoo.

“bawalah dia padaku dengan begitu aku bisa memastikan separah apa penyakitnya” dan juga aku bisa melihat seperti apa wanita yang membuatmu mencintainya dengan begitu dalam. lanjut hyera dalam hati.

“gomawo”

Tulus! Satu katu kata yang Hyera rasakan saat melihat bagaimana Sanghyun mengiginkan gadis itu sembuh. sebuah ketulusan yang membuatnya berdecak kagum sekaligus iri pada gadis beruntung itu.

 

TBC

 

Hai hai i’m back back back yehey ^o^

Untuk semua readers yang sudah nyempetin baca ini epep abal-abal makasih banyak. dan juga maaf untuk keterlambatan ngepublish ini part kkkk~ biasa kerjaan lama menanti pengacara (pengangguran banyak acara) XD

Dan buat penyakit leukimia dan sejenisnya(?) itu yang aku tulis hanya yang aku tau, kalau ada yang salah dimaapin aja yakk~ 😀 karna memang aku pribadi gak ada basic kedokteran anak manajemen mana ngerti yang kayak begituan kkk~

buat ranjau typo-nya dinkmatin aja ya XD tulisannya sudah dibaca ulang tapi tetep aja masih ada typo yang nyelimpet(?)

Okelah bora sistar undur diri dulu yaaaa paipai ^^ #tebarkisseu :****

310 pemikiran pada “My Destiny {Part 7}

  1. eomma soojin nyesel banget udh buat anaknya sedih kayak gitu, dan kyuhyun kayaknya udh ngerasa kalau dia cintanya sama soojin bukan heesun

  2. jadi ayah dari anaknya soojin itu…bukan cuma soojin sama anaknya sih yg jadi korban tapi soohee juga secara udah punya hubungan bertahun-tahun .

  3. Huwaaaa Soojin dewasa bgt, walaupun disakitin sma org terdekatnya tpi dia tetep bisa bertahan ;-(;-(
    Kyuhyun pasti bkal nyesel ngesia2in cintanya Soojin, obsesi membutakan mata hati dia :-(:-(

    Author fighting, trus ciptakan karya yg keren bgt kaya gini ❤

  4. Ibunya soojin baru menyesal 1tahun yang lalu kemana aja buuu katanya soojin harta yanh berharga tp ko malah disakiti😑 kyuhyun juga aduhhh lu bikin tensi
    Ku penasaran kalian pasti makin nyesel kalo tau soojin sakit

Tinggalkan komentar